![]() |
Istimewa |
I Made Satria, tokoh asal Banjar Sental Kangin, Desa Ped, Nusa Penida, Klungkung, Bali, telah dikenal luas sebagai figur pemimpin yang berdedikasi tinggi terhadap masyarakat. Bersama adiknya, I Ketut Lea Wijaya atau yang akrab disapa Ketut Leo, Made Satria aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pembangunan sejak belasan tahun silam.
Keduanya telah banyak berkontribusi, terutama dalam pembangunan pura, pembiayaan upacara yadnya, hingga penataan infrastruktur di desa. Salah satu kontribusi besarnya adalah pembangunan Pura Paibon Arya Kuta Waringin di Banjar Sental Kangin, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida.
Pura ini dibangun sepenuhnya atas biaya pribadi Made Satria dan adiknya. Mereka juga berperan besar dalam menata kawasan Crystal Bay, menjadikannya lebih asri sekaligus menjaga kesucian kawasan tersebut, yang merupakan lokasi berdirinya Pura Penida, cikal bakal Pulau Nusa Penida.
Lahir di Banjar Sental Kangin pada 18 April 1972, I Made Satria menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Negeri 2 Ped pada tahun 1985, melanjutkan ke SMP Negeri 1 Nusa Penida, kemudian ke SMA Negeri 1 Klungkung, dan meraih gelar Sarjana Hukum (S.H.) dari Universitas Mahendradatta pada 2011.
Perjalanan karier politiknya dimulai saat ia menjabat sebagai anggota DPRD Klungkung untuk periode 2019–2024. Dedikasi dan kinerjanya yang menonjol membawanya kembali terpilih sebagai anggota DPRD dalam Pemilu 2024.
Namun, ia memilih mengundurkan diri demi maju dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Klungkung bersama pasangannya, Tjokorda Gde Surya Putra, dengan dukungan penuh dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pasangan ini berhasil memenangkan Pilkada Klungkung tahun 2024, mengukuhkan I Made Satria sebagai bupati Klungkung.
Selain kiprah politiknya, I Made Satria bersama Ketut Leo kerap membantu masyarakat dalam berbagai aspek. Mereka tidak hanya berkontribusi dalam upacara adat dan pembangunan infrastruktur, tetapi juga aktif mencarikan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. Komitmen ini menjadikan keduanya dihormati sebagai pemimpin yang peduli dengan kesejahteraan masyarakat, terutama di wilayah Nusa Penida dan Klungkung.
Kepemimpinan Made Satria juga tercermin dari kemampuannya menjaga keseimbangan antara pembangunan fisik dan spiritual di komunitasnya. Dengan latar belakang Hindu yang kuat, ia terus memperjuangkan nilai-nilai kearifan lokal dalam setiap langkah yang diambil, baik di pemerintahan maupun dalam kehidupan sosialnya. (TB)