![]() |
Potongan Video Klip Kidung Kasmaran |
I Nyoman Ardika, yang lebih dikenal dengan nama panggung Okid Kres, adalah salah satu seniman Bali yang meninggalkan jejak mendalam dalam dunia musik tradisional dan modern di Pulau Dewata. Lahir pada 18 Agustus 1961 di Banjar Alangkajeng Gede, Denpasar Barat, Denpasar, Bali, Okid Kres tumbuh dalam lingkungan keluarga sederhana sebagai anak ketiga dari pasangan Ni Ketut Netri dan I Ketut Retu.
Sejak kecil, bakat seninya mulai tampak. Dilansir dari blog Seniman Dewata, ia menempuh pendidikan di SD 8 Pemecutan, SLUB 1 Saraswati, dan melanjutkan ke SMSR (Sekolah Menengah Seni Rupa Denpasar). Hasratnya terhadap seni kemudian membawanya ke Universitas Udayana, tempat ia mendalami Seni Rupa dan Desain hingga lulus pada tahun 1990.
Nama panggung “Okid Kres” memiliki cerita unik. Nama ini berasal dari panggilannya sehari-hari, “Diko,” yang diubah menjadi “Okid.” Melalui nama ini, ia membangun identitas sebagai seniman yang karyanya selalu dekat dengan masyarakat Bali. Salah satu lagu yang paling membekas adalah “Kidung Kasmaran,” tembang cinta yang berhasil menyentuh hati banyak pendengarnya.
Tidak hanya menciptakan lagu bertema cinta, Okid Kres juga mengangkat tema-tema sosial dan peristiwa nyata dalam karyanya. Lagu “Prahara” lahir dari kekacauan di Bali pada masa pemerintahan Megawati, sementara “Prahara Kuta” menjadi refleksi tragedi bom Bali, yang dinyanyikan oleh penyanyi nasional Grace Simon.
Lagu-lagu lainnya seperti “Ogoh-Ogoh,” bersama Ian Bero, “Selikur Galung,” dan “Lembu Bajang” juga menjadi bukti kepiawaiannya dalam menggambarkan budaya dan realitas kehidupan masyarakat Bali.
Di balik kesuksesannya, Okid Kres adalah sosok keluarga yang penuh cinta. Ia menikah pada Desember 1990 dan dikaruniai tiga putra yakni I Putu Gita Aristia, I Made Ganis Santika, dan I Nyoman Gilang Gandira. Namun, perjalanan hidupnya harus berakhir lebih awal. Pada 17 September 2004, Okid Kres menghembuskan napas terakhirnya akibat kanker, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan para penggemar.
Meski telah tiada, karya-karya Okid Kres tetap abadi. Ia dikenang sebagai maestro yang mampu menyuarakan keindahan, cinta, dan perjuangan melalui musik. Bagi masyarakat Bali, lagu-lagunya adalah warisan budaya yang akan selalu hidup di hati generasi mendatang. (TB)