Pande Mangku Nyoman Merdana, seorang pria asal Sepang, Buleleng, memiliki pemikiran yang brilian di balik sosoknya yang jangkung dan bertubuh kurus.
Lahir pada Desember 1970, ia berhasil menciptakan sebuah inovasi unik, yakni pompa air yang tidak memerlukan listrik maupun bahan bakar minyak.
Pompa ciptaannya ia namai “Hidropande”, mengadaptasi dari namanya sendiri.
Proses pengembangannya dimulai pada tahun 2016, dan setahun kemudian, karyanya resmi mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Hingga kini, Hidropande telah digunakan di banyak lokasi, baik oleh pihak swasta, individu, maupun proyek desa.
Salah satu instalasinya berada di area Pura Mutering Jagat, Kesiman, Denpasar.
Perjalanan kariernya cukup panjang. Sebelum terjun ke dunia inovasi, ia sempat bekerja sebagai tenaga ahli di Petrokimia Cilegon selama enam tahun, lalu berkarier di Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) hingga akhirnya kembali ke Bali pada 2008.
Di Bali, ia mendirikan usaha di bidang properti dan konstruksi.
Namun, pada 2016, ia mulai berpikir untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
Kekeringan di Bali saat musim kemarau menjadi pemicu ide besarnya.
Ia ingin menghadirkan solusi agar masyarakat dapat mengakses air dengan mudah tanpa bergantung pada sumber energi eksternal.
Dengan latar belakang pendidikan Teknik Elektro dari Institut Teknologi Nasional Malang, ia mengombinasikan keahlian dan pengalamannya untuk mewujudkan pompa ini.
Hidropande dirancang menggunakan material sederhana seperti pipa baja dan karet industri dalam negeri.
Ketahanannya bisa mencapai 50 tahun dengan perawatan minimal—hanya perlu mengganti karet setiap dua hingga lima tahun dengan biaya sekitar Rp50 ribu per unit.
Daya luncur pompa ini mencapai 300 meter secara vertikal, dengan jarak aliran yang tidak terbatas.
Sistem kerjanya mengandalkan konsep fisika dasar, yakni tekanan air, gaya gravitasi, dan ketinggian.
Semakin besar perbedaan ketinggian antara sumber air dan pompa, semakin optimal kinerjanya.
Pompa ini juga dinilai sebagai teknologi tepat guna karena dapat digunakan di berbagai medan di Indonesia.
Setelah memperoleh HKI, pada 2018 Hidropande mulai diterapkan di beberapa desa dengan dana desa, diawali di Kabupaten Badung, lalu merambah ke Karangasem, Klungkung, Gianyar, Bangli, hingga Denpasar.
Target selanjutnya adalah ekspansi ke Jawa Timur, NTB, dan NTT pada 2020.
Keunggulan pompa ini terletak pada efisiensinya yang mencapai 97% dibandingkan pompa konvensional.
Satu unit pompa, dapat mencukupi kebutuhan air bagi sekitar 200 kepala keluarga.
Sistemnya bekerja dengan memanfaatkan energi potensial dari aliran air yang menggerakkan tabung sehingga menghasilkan efek palu air, yang kemudian mendorong air ke tempat lebih tinggi.
Dalam proses produksinya, Pande mengerjakan perakitan dan pemasangan sendiri, dibantu oleh beberapa rekan.
Satu unit pompa bisa selesai dalam sehari, bahkan tiga unit jika ada bantuan tambahan.
Pemasangannya memerlukan waktu sekitar satu minggu tergantung kondisi medan. Ia juga memberikan jaminan perawatan selama satu tahun serta garansi teknologi selama lima tahun. (TB)