Kejadian
bule naik pelinggih kembali terjadi di Bali. Diduga bule tersebut berasal dari
Rusia dari bahasa yang digunakannya. Diketahui kejadian bule naik pelinggih ini
viral di media sosial dan diunggah kembali oleh aktivis asal Bali Niluh
Djelantik. Niluh Djelantik pun meminta agar ada aturan sehingga hal ini tidak
terulang lagi.
Foto
tersebut pertama kali diunggah oleh akun Instagram @dreamchaser_traveling. Foto ini diunggah pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Dari
postingannya tersebut, terlihat seorang laki-laki duduk di atas pelinggih. Bule
ini mengenakan baju putih, masker hitam yang tergantung di dada, celana hitam,
serta sepati warna biru dongker.
Dalam
berfoto ia terlihat tersenyum dengan kepala menghadap ke depan. Ia duduk
seperti seorang bersantai dengan kaki menekuk ke bawah.
Dalam
unggahannya tersebut, bule tersebut mengunggah 7 foto dan diduga foto tersebut
diambil di Pura Teratai Bang Desa Candikuning, Tabanan Bali. Namun, hanya satu
foto yang memperlihatkan bule tersebut tengah duduk di pelinggih. Sementara
foto lainnya terlihat suasana pura dan ornamen pura termasuk pintu masuk pura.
Dalam
postingannya, ia menuliskan jika lokasi kawasan tersebut adalah di Kebun Raya
Bali, Bedugul. Ia menuliskan caption dalam dua bahasa yakni Inggris dan Rusia.
Kebun Raya Bali
Kebun Raya Bali (ini adalah
nama resmi dari Kebun Raya) adalah cabang dari Kebun Raya Bogor yang terletak
di pulau Jawa. Didirikan pada tahun 1958 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Taman ini tersebar di area seluas 157,5 hektar di lereng Gunung Pohon,
yang diterjemahkan sebagai “gunung pohon”. Kebun Raya Bali terkenal
dengan koleksi uniknya, di antaranya menonjol:
* pohon lebih dari 650
spesies;
* bambu dan begonia;
* kaktus dan pakis;
* tanaman air dan pemakan
serangga;
* anggrek diwakili oleh
lebih dari 400 spesies;
* azalea dan rhododendron;
* tanaman obat tradisional
di Bali;
* rafflesia raksasa adalah
kebanggaan taman. Monyet berkeliaran di antara pepohonan di sepanjang jalan
berliku, burung tropis yang menakjubkan terbang melintasi taman. Suasana
kesatuan dengan alam, ketenangan dan keheningan memerintah di sini.
Tulis
bule tersebut dalam bahasa Inggris dan Rusia.
Sementara
dalam biodata akunnya tertulis 𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐂𝐇𝐀𝐒𝐄𝐑 𝐓𝐑𝐀𝐕𝐄𝐋𝐄𝐑, 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐌𝐄, My
travels story! 𝐓𝐡𝐚𝐢𝐥𝐚𝐧𝐝, 𝐏𝐡𝐮𝐤𝐞𝐭. If
you don’t know where you are going, any road will get you there.
Dari
arsitektur pura dan penelusuran tim Telusur Bali, kejadian ini diduga terjadi
di Pura Teratai Bang Tabanan, Bali.
Foto
ini pun langsung mendapat reaksi dari Niluh Djelantik.
Ia
menuliskan:
HE
DO AND THE DONT’S while in Bali
@dreamchaser_traveling what
you did is disrespectful to our people and their holy temple. You may not know
the rules. Please ask your tour guide/driver/google so you won’t repeat the
same mistake again.
DILARANG
menaiki pelinggih seperti yang dilakukan @dreamchaser_traveling. Mohon
agar dinas provinsi terkait bisa berkoordinasi dengan Majelis Desa Adat untuk
membuat aturan yang singkat, sederhana tapi mengena.
Agar
turis-turis tidak berakhlak begini bisa diminimalisir.
Untuk
diketahui, bule naik pelinggih bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, kejadian
serupa juga terjadi beberapa kali. Salah satunya terjadi di Pura Batukaru
Foto seorang bule naik ke pelinggih di Pura Batukaru, Desa
Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan viral di media sosial pada
Rabu 12 November 2018. Bule asal Finlandia itu bernama Jarvi Tony Kristian asal
Finlandia.
Setelah mengetahui dirinya dicari pihak kepolisian, ia menyerahkan diri ke
Mapolsek Denpasar Selatan. Tony didampingi temannya, Jouni Kalevi, kemudian
dibawa ke Polres Tabanan, Sabtu 15 November 2018 sekitar pukul 21.00 Wita.
Tony pun mengakui kesalahannya dan minta maaf.
Ia pun siap untuk mengeluarkan dana sebesar Rp 15 juta untuk menggelar
upacara guru piduka. Dan pada Senin 17 November 2018 ia mengikuti upacara guru
piduka di Pura Batukaru.
Terkait kasus ini, Jro Mangku Kabayan tidak sepenuhnya menyalahkan Tony. Menurutnya, kemungkinan tidak ada niat buruk dari Tony, tapi karena melihat
view bagus dan ketidaktahuannya membuat kejadian ini terjadi. Terlebih lagi,
letak pura yang berada sekitar 100 meter dari areal
utama Pura Luhur Batukaru sehingga lepas dari pengawasan.
(TB)