![]() |
Ilustrasi/Sumber: pixabay.com |
Dalam kehidupan masyarakat Bali, ada yang dikenal dengan nama cetik, sebuah racun yang digunakan untuk mencelakakan orang. Salah satu jenis cetik yang paling ditakuti adalah cetik crongcong polo.
Menurut catatan dalam buku “Leak Ngamah Leak” karya I Wayan Yendra, cetik biasanya dibuat dari bahan tunggal atau bahan campuran (ramuan).
Cetik crongcong polo, dalam pandangan banyak orang, dianggap sebagai jenis cetik paling menakutkan dan berbahaya. Pandangan ini terbentuk dari makna kata crongcong polo yang diartikan sebagai racun yang menyerang otak.
Dalam karya “Jejak Bhairawa di Pulau Bali” oleh Jiwa Atmaja, disebutkan bahwa cetik crongcong polo hanya disebutkan tiga kali dalam lontar “Usadha Cetik”.
Ketiga bait tersebut menjelaskan bahwa cetik crongcong polo menyerang otak dengan gejala-gejala seperti mata merah, tubuh terasa panas, telinga penderita terasa pecah, dan gejala lainnya.
Gejala orang yang terkena cetik crongcong polo juga dijelaskan dalam “Leak Ngamah Leak”, yaitu sakit kepala berat sebelah atau seluruhnya, mata merah melotot, dan sensasi berputar pada benda-benda yang dilihatnya.
Meskipun cetik jenis ini dianggap sangat mematikan oleh sebagian masyarakat, beberapa sumber menyatakan bahwa cetik ini dapat diobati.
Dalam buku “Leak Ngamah Leak”, obatnya terdiri dari bahan campuran seperti kakul kraca, welirang bang, madu klupa, dan air jeruk.
Sementara dalam buku “Berbagai Cara Pengobatan Menurut Lontar Usdha Pengobatan Tradisional Bali” yang disusun oleh I Ketut Suwidja, obatnya terdiri dari siput kakaraci, madu klupa, air jeruk, dan belerang merah, yang kemudian diteteskan pada hidung.
Pengobatan ini juga dijelaskan dalam buku “Jejak Bhairawa di Pulau Bali” karya Jiwa Atmaja. Berdasarkan lontar “Usadha Cetik”, pengobatan dilakukan dengan mencampur air basuhan belerang merah, keong kraca, madu klupa, air jeruk, minyak kelapa, dan kemudian diteteskan pada hidung. Pada pelipis penderita, ditempelkan campuran daun kelor dan minyak ular.
Meskipun demikian, belum jelas apakah daun kelor tersebut diulek dan dicampur minyak ular sebelum ditempelkan atau langsung ditempelkan di pelipis. (TB)