Dasar Bendungan Dam Oongan di Bali Terbuat dari Tubuh Sepasang Manusia, Banyak yang Meninggal Secara Misterius di Sini

Author:
Share
Ist

Bendungan
atau Dam yang ada di wilayah Denpasar ini menyimpan kisah mistis. Ada banyak
sejarah kelam yang ada di sini yang beredar secara turun-temurun. Dam itu
bernama Dam Oongan yang berada di Jalan Noja Saraswati, Banjar Wongan, Kelurahan
Tonja, Denpasar, Bali.

Sejarah
berdirinya Dam Oongan ini berawal dari kebutuhan air pada lahan persawahan yang
ada di sekitar wilayah tersebut. Dilansir dari IDN Times Bali 
diceritakan
dulu ada seorang Raja dari Kerajaan Pemecutan bernama Cokorda Pemecutan. Raja
Pemecutan memiliki patih yang setia bernama Ki Sawunggaling. Pada suatu hari,
persawahan di wilayah Kerajaan Kesiman mengalami kekeringan, hingga
membuat rakyatnya mengungsi menuju Kerajaan Badung.

Untuk
memenuhi kebutuhan air, maka dibuatlah saluran irigasi dengan cara membendung
air sungai. Bendungan pun rampung, akan tetapi kawasan persawahan di wilayah
Kesiman masih saja kering.

Lalu
patih dari Kerajaan Pemecutan yang bernama Ki Sawunggaling pun datang ke daerah
Dam Oongan saat ini. Ia lalu melakukan semedi atau bertapa di kawasan tersebut.
Dari pertapaan itu, ia mendapatkan petunjuk dari Sang Hyang Widhi, bahwa harus
membuat bendungan yang pondasi dasarnya dari manusia.

Karena
ia merupakan orang yang baik, maka tidak terpikirkan olehnya akan mengorbankan
orang lain sebagai pondasi dari bendungan. Dengan kebesaran hatinya, ia pun
memilih untuk mengorbankan dirinya sendiri. Sebagai wujud kesetiaan, sang istri
pun secara sukarela ikut mengorbankan diri.

Semenjak
suami istri ini mengabdi dengan cara mengorbankan diri, rakyat Kesiman tidak
kelaparan lagi karena sawahnya sudah bisa dialiri air. Karena pengorbanan patih
bersama istrinya, maka bendungan itu disebut dengan Dam Oongan, yang artinya
dam manusia.

Sementara
itu dilansir dari Bali Express, Mangku Lingsir Pura Ulun Suwi Bugbugan,
Jro Mangku Wayan Sarga dahulu tidak ada saluran air dan wilayah itu adalah
hutan. Ia mengatakan pengorbanan diri Ki Sawunggaling bersama istrinya
dilakukan tepat pada Purnama Kapat. Saat itu Ki Sawunggaling dan istrinya
terjun ke sungai bersamaan dengan ditancapkannya batang pohon dap-dap di dasar
sungai. Dalam sekejap, pasangan pengantin itu menghilang. Suasana haru
menhantarkan pengabdian Ki Sawunggaling dan istrinya.

Kesedihan
pun menyelimuti sang raja. Sebab ia harus merelakan abdinya yang setia. Dan
benar saja, saat itu air sungai mulai naik memenuhi aliran dan dapat mengairi
sawah petani.

Untuk
menjadi pengingat, maka bendungan tersebut diberi nama Dam Oongan. Dam yang
berarti bendungan, sementara Oongan atau Wongan (wong) adalah manusia. Jadi Dam
Ooang dapat diartikan sebagai bendungan yang dibangun dari tubuh manusia untuk
menghasilkan aliran air yang mengaliri sawah-sawah milik petani.

Pada
zaman penjajahan Belanda, bendungan hanya terbuat dari pepohonan itu diperbaiki
menggunakan bahan dasar beton. Dilansir dari Sejarah Bali, dam ini dibuat dengan
beton oleh Belanda pada tahun 1925. Pada eranya, dam ini dibangun sebagai salah
satu strategi kolonial untuk mendapatkan hasil pajak yang lebih banyak dari
masyarakat.

Dam
Oongan adalah objek wisata favorit bagi masyarakat Bali pada 1980-an. Setiap
hari libur seperti Galungan, Kuningan, Tahun Baru dan libur lainnya, kawasan
bendungan dikunjungi oleh lautan manusia. Oleh karena itu, obyek wisata ini
pernah dilengkapi dengan objek wisata air seperti kolam renang. Hal tersebut
dituturkan oleh seorang pelingsir Banjar Oongan, I Wayan Durjana.

Sayangnya,
objek Dam ini tetap merupakan misteri yang belum terpecahkan sampai hari ini.
Banyak orang yang hilang dan tenggelam mati di sana. Penyebab kecelakaan tidak
jelas sehingga kolam renang kemudian berubah menjadi sebuah kompleks perumahan
elit.

Masyarakat
setempat percaya jika Oongan Dam relatif berhantu. Lokasi diyakini dihuni oleh
makhluk-makhluk supranatural seperti Gamang, memedi dan lain-lain. Banyak
insiden misterius terjadi di lokasi, ada juga mitos di mana orang tidak
diizinkan untuk berkencan di sana. Melanggar mitos akan membuat hubungan mereka
tidak berlangsung lama. Untuk melestarikan dan menghormati penghuni di lokasi
Dam, pada hari-hari suci seperti bulan purnama, bulan baru dan kajeng Kliwon,
penduduk desa menempatkan canang sari persembahan khusus.

Selain
itu, dilansir dari IDN Times Bali, konon jembatan Dam Oongan selebar sekitar
satu meter tersebut dijaga oleh pasukan manusia berwajah monyet. Dulu bendungan
ini masih terbuat dari batang-batang pohon dan batu. Namun begitu penjajah
Belanda masuk ke wilayah tersebut, penyangga-penyangga bendungan ini diubah
lagi agar lebih kokoh.

Orang-orang
Belanda yang mengetahui cerita pengorbanan suami istri dari penduduk setempat,
justru memanfaatkan kisah tersebut. Penjajah Belanda membuat cerita lagi, kalau
bendungan ini akan semakin kokoh jika pondasinya dari tubuh manusia, sama
seperti yang dilakukan pasutri tersebut. Akhirnya, penjajah Belanda menggunakan
tubuh-tubuh penduduk setempat yang dibantainya, sebagai pondasi dasar. Padahal
penjajah Belanda hanya ingin menghemat lahan pemakaman.

Saat
pemerintahan Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra, sungai di utara
Dam Oongan ini ditata dan menjadi objek wisata bernama Taman Lila Ulangun pada
16 Desember 2019 lalu. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!