Desa Adat Panjer Denpasar Buat Patung Maburu, Angkat Tradisi Saat Pangerupukan Nyepi

Author:
Share
Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, menghadiri upacara pemelaspasan Patung Maburu di Pertigaan Jalan Waturenggong, Desa Adat Panjer, pada Jumat 14 Maret 2025. Acara ini menjadi momen penting dalam upaya pelestarian budaya lokal yang terus dijaga oleh masyarakat setempat.  
Walikota Jaya Negara secara resmi meresmikan patung dengan penandatanganan prasasti. Hadir pula Wakil Ketua DPRD Denpasar, Dr. Made Oka Cahyadi Wiguna, Anggota DPRD Denpasar I Nyoman Darsa, Plt. Camat Denpasar Selatan Ni Komang Pendawati, Lurah Panjer I Putu Budi Ari Wibawa, Bendesa Adat Panjer AA Ketut Oka Adnyana, serta tokoh masyarakat lainnya.  
Jaya Negara mengapresiasi masyarakat Panjer yang telah berperan aktif dalam menjaga warisan budaya. Menurutnya, kehadiran Patung Maburu bukan hanya sebagai simbol fisik, tetapi juga sebagai pengingat akan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.  
“Denpasar memiliki berbagai tradisi yang unik, seperti Ngerebong di Kesiman, Omed-Omedan di Sesetan, dan Maburu di Panjer. Semua ini harus kita lestarikan agar tetap menjadi bagian dari identitas budaya kita,” ujar Jaya Negara.  
Ia juga menambahkan bahwa tradisi Maburu telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional. Harapannya, ke depan tradisi ini dapat dikenal lebih luas dan bahkan mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan dunia.  
Bendesa Adat Panjer, AA Ketut Oka Adnyana, menjelaskan bahwa meskipun Denpasar berkembang pesat sebagai kota modern, masyarakat tetap menjaga ritual adat dengan penuh penghormatan. Prosesi Maburu dimulai dengan ritual tawur di Bale Agung, yang dilanjutkan dengan pamelastian di Pura Segara sebagai simbol penyucian. 
Sehari sebelum Nyepi atau saat Pangerupukan, peserta yang mengalami trance akan berlari menuju Pura Tegal Penangsaran untuk melaksanakan ritual utama Maburu.  
Keberadaan Patung Maburu diharapkan menjadi pengingat dan sarana edukasi bagi generasi muda tentang pentingnya melestarikan warisan leluhur. “Patung ini bukan sekadar monumen, tetapi juga simbol bahwa budaya kita tetap hidup di tengah perubahan zaman,” tutupnya. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!