![]() |
Ist |
Ada
sebuah pura unik di Bali, dimana pelinggihnya berbentuk mobil. Pura ini berada
di Nusa Penida Kecamatan Klungkung, Bali. Pelinggih berbentuk mobil ini
terdapat di Pura Paluang, Dusun Karang Dawa, Desa Bunga Mekar, sisi sebelah selatan
pulau Nusa Penida. Karena letaknya di Karang Dawa, sehingga pura ini juga
dikenal dengan nama Pura Karang Dawa. Dan bahkan sekarang pura ini lebih
dikenal dengan nama Pura Mobil karena adanya pelinggih berbentuk mobil
tersebut.
Lalu
bagaimanakah sejarah dari pelinggih mobil ini?
Dalam
artikel berjudul Pelinggih Mobil Di Pura Paluang Nusa Penida: Perspektif
Pergulatan Identitas I Putu Gede Suyoga yang dimuat dalam Prosiding Seminar
Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA) Vol.2, Februari 2019 disebutkan hingga
saat ini belum ditemukan sejarah tertulis berupa lontar atau prasasti yang menyebutkan
secara pasti akan keberadaan dua pelinggih mobil tersebut. Namun ada mitos yang
dipercaya secara turun-temurun tentang berdirinya Pura Paluang ini.
Diceritakan
warga Karang Dawa berkeinginan membuka lahan perkebunan baru di tempat Pura
Paluang saat ini. Ketika proses pembukaan lahan, ditemukan sebongkah batu
karang dan kemudian dipindahkan ke tempat lain. Setelah batu karang tersebut
dipindahkan, anehnya esok harinya batu tersebut pindah kembali ke tempat
semula.
Kejadian
itu tak hanya terjadi sekali, akan tetapi setiap kali dipindahkan batu tersebut
kembali lagi ke tempat semula. Paristiwa keanehan tersebut kemudian dimohon
petunjuk pada orang pintar, dan hasilnya mendapat petunjuk niskala atau
petunjuk gaib untuk mendirikan bangunan suci di kawasan tersebut.
Setelah
itu, dibuatlah sebuah pelinggih sederhana berupa tumpukan batu yang didirikan
di atas bukit karang yang bersebelahan dengan tebing curam yang menyerupai
palung. Sesuai petunjuk yang dimaksud, kemudian tempat tersebut diberi nama
Pura Paluang.
Masyarakat
sangat meyakini bahwa yang dipuja di Pura Paluang adalah Ida Bhatara Ratu Gede
Sakti Ngurah dan Hyang Mami. Berdasarkan petunjuk sekala atau nyata dan niskala
atau gaib, Ida Bhatara yang berstana di Pura Paluang memiliki kendaraan berupa
kereta beroda empat tanpa kuda yang menyerupai mobil.
Pada
periode awal sebelum ada pelinggih mobil, setiap piodalan di pura ini, sering
ada umat yang kerauhan dan meminta agar dibuatkan bangunan suci berbentuk
kereta tanpa kuda atau mobil. Sehingga akhirnya dibangunlah dua pelinggih yang
berbentuk mobil.
Sehingga
saat itu, hanya ada dua pelinggih tersebut yang berbentuk mobil. Seiring
berjalannya waktu, banyak umat Hindu yang bersembahyang ke pura tersebut.
Sehingga perlahan dibangunlah pelinggih-pelinggih lain dan berkembang menjadi
seperti saat ini.
Pura
ini kini memiliki sebanyak 13 pelinggih dan 2 diantaranya adalah pelinggih yang
berbentuk mobil VW beatle dan Jimmy. Pura ini pun menjadi satu-satunya pura di
dunia yang memiliki pelinggih berbentuk mobil.
Dilansir
dari Tribun Bali, untuk pelinggih yang berbentuk mobil VW Beatle ini berada di
atas sebuah panggung segi empat, lengkap dengan ukiran pada bagian sisinya. Mobil
ini dipuas berwarna emas pada kap, dan coklat kekuningan pada bagian bodi.
Bannya pun dicat bernada serupa. Ada tiga lubang kotak pada bagian kemudinya
yakni jendela depan, dan dua pintu masuk. Plat nomor kendaraannya yakni KD 013.
Sementara pelinggih mobil Jimmy, berada tidak jauh dari dari mobil VW dengan
cat berwarna merah. Ada dua lubang pintu, yakni pada sisi kanan dan kiri, di
dalamnya terdapat patung sebagai simbol sang pengendara. Kaca depan mobil
tertutup, tapi pada kedua sisinya terdapat dua naga berwarna hijau emas
layaknya penjaga mobil tersebut. Plat mobil ini ialah DK 28703 GL.
Saat diwawancarai tahun 2015, Wayan Partai, Bendesa Adat setempat menjelaskan,
plat mobil VW KD 013 berarti Karang Dawa dan tahun pembugaran pelinggih
tersebut pada tanggal 01-01-2013. Sementara plat mobil Jimmy DK 28703 GL. DK
merupakan plat nomor kendaraan untuk Provinsi Bali, 28-7-2003 merupakan
tanggal pembugaran dan GL berarti Gunung dan Lebah (jurang). Mobil
jimmy merupakan pelinggih dari Ratu Gede Sakti Hyang Mami. Sementara
mobil VW merupakan mobil dari pengikut atau anak-anak beliau.
Sementara
itu, Jero Mangku I Wayan Suar mengatakan ada dua orang warga yang diyakini
menjadi pengiring Ratu Gede Sakti Hyang Mami dalam melakukan perjalanannya
mengendarai mobil. Kedua orang tersebut bernama Pak Serman dan Pak Latran.
Pak
Serman dan Pak Latran ini adalah dua orang desa yang polos, dan susah untuk
diajak berkomunikasi dalam kesehariannya karena telah lanjut usia. Mangku Suar
menceritakan, salah seorang warga pernah melihat Pak Serman di daerah Sanur,
Kota Denpasar, padahal Pak Serman ini tidak tahu apa-apa, bahkan mata uang pun
ia tidak tahu.
Ia
juga menjelaskan pada malam-malam tertentu di area pura sering mendengar suara
kendaraan menderu dan bunyi klakson mobil. Ia sendiri pun mengalaminya saat
sedang mekemit di Pura Paluang.
Malam
hari sekitar pukul 02.00 wita, ia mendengar suara mesin kendaraan menuju ke
arah pura. Dirinya mengira ada pemedek yang tangkil untuk
menghaturkan sembah bakti. Namun ketika disambut ke depan, tidak ada satu pun
mobil yang parkir jaba sisi pura.
Mangku
Suar juga menceritakan ayahnya pernah dirampok pada suatu malam. Perampok dua
orang, memiliki senjata berupa golok. Ayahnya sungguh tak berdaya, bahkan
mengira akan mati saat itu. Saat
itu pula ia langsung mengingat Pura Mobil, dan berdoa memohon keselamatan.
“Ketika
parangnya mengenai leher ayah saya, tiba-tiba ayah saya jadi kebal, malah kedua
rampok tersebut berhasil dikalahkan oleh ayah saya. Saya saat itu masih kecil,
itulah salah satu kuasa dari beliau,” ungkapnya.
Selain
di Desa Karang Dawa, Pura Mobil ini juga dibangun di daerah Palembang sebagai
bentuk penyawangan persembahyangan dari sana. Pura tersebut dibangun
oleh warga asli Karang Dawa sebagai bentuk bhaktinya kepada beliau.
Dilansir
dari Kintamani.id, Pura Paluang Nusa Penida ini memiliki aura mistis yang
sangat kental. Di pura ini juga ada patung-patung kuno, ada yang hanya tinggal
kepalanya saja, atau hanya badan saja. Hal ini disebabkan terkikis oleh alam.
Dan ada penyengker pura dengan luas 50 are yang sering dikunjungi kera.
Anehnya, kera tersebut tidak pernah terlihat masuk hingga ke pelataran pura.
Selain
patung, ada goa tepat di bawah pura. Namun tak sembarang pengunjung yang
diizinkan masuk. Di dalam Goa ini terdapat seperangkat gamelan gong yang
dibentuk menghunakan batu padas. Selain gong batu, juga ada patung orang yang
sedang memegang gamelan layaknya sedang memainkannya. Ditambah lokasi goa yang
tertutup semak dan pepohonan menambah seram suasana di dalamnya. (TB)