Dalam ajaran Hindu, panjang umur bukan sekadar harapan akan umur biologis yang panjang, melainkan juga simbol dari kehidupan yang penuh berkah, sehat lahir batin, dan bermanfaat bagi sesama.
Salah satu doa yang mencerminkan harapan tersebut tertuang dalam mantra suci berikut:
Oṁ Taccaksur dewahitam sukram uccarat
Pasyema saradah satam
Jiwema saradah satam
Terjemahan:
“Oṁ Sang Hyang Widhy Wasa Yang Maha Kuasa, semoga seratus tahun hamba selalu melihat mata yang bersinar ciptaan-Nya, semoga hamba hidup seratus tahun lamanya.”
Doa ini menggambarkan keinginan tulus manusia untuk diberi umur panjang yang berkualitas. Melihat “mata yang bersinar ciptaan-Nya” dimaknai sebagai harapan untuk terus menyaksikan keindahan dunia, hidup dalam kesadaran spiritual, dan tetap diberi penglihatan lahir dan batin yang jernih.
Harapan untuk hidup hingga seratus tahun bukan hanya soal angka, melainkan tentang hidup dalam harmoni dengan alam semesta, menjalani dharma (kewajiban hidup) dengan baik, serta terus memberikan manfaat bagi keluarga, masyarakat, dan umat manusia secara luas.
Dalam konteks modern, doa ini relevan sebagai pengingat bagi setiap manusia untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, hidup dalam kesadaran spiritual, serta memaknai setiap tahun kehidupan sebagai anugerah yang patut disyukuri dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Dengan memanjatkan doa ini secara tulus, umat Hindu memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar diberi umur panjang yang penuh makna, diberi kesempatan untuk terus memperbaiki diri, dan menjalani kehidupan yang selaras dengan ajaran dharma.
Semoga kita semua dikaruniai umur panjang, kesehatan, dan kekuatan untuk menjalani kehidupan dengan bijaksana dan penuh keberkahan. (TB)