Di ujung timur Indonesia, di tanah yang dikenal dengan kekayaan alam dan keragaman budayanya, berdiri kokoh beberapa pura yang menjadi rumah spiritual bagi umat Hindu. Keberadaan pura-pura ini tidak sekadar simbol keagamaan, melainkan juga wujud harmoni dan keberagaman yang tumbuh di tengah masyarakat Papua.
Dari Jayapura hingga Kaimana, dan sampai Merauke di Papua Selatan, pura-pura Hindu berdiri sebagai pusat ibadah, pendidikan budaya, dan perekat sosial lintas etnis. Berikut kisah empat pura yang menjadi saksi hidup penyebaran dan pelestarian nilai-nilai Hindu di tanah Papua.
- Pura Agung Surya Buana, Jayapura
Pura Agung Surya Buana berdiri sejak tahun 1978 di jantung Kota Jayapura. Pura ini dibangun secara gotong royong oleh para pegawai negeri, anggota TNI/Polri, dan warga Hindu dari Bali dan Jawa yang menetap di Papua.
Bagi umat Hindu, pura ini menjadi simbol cahaya spiritual di kawasan timur Nusantara. Penetapan Pura Agung Surya Buana sebagai Padma Bhuwana Nusantara oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) menegaskan perannya sebagai pusat persembahyangan umat Hindu se-Papua.
Bangunan pura yang kini berdiri megah merupakan hasil renovasi berkelanjutan sejak 2006. Arsitekturnya memadukan gaya tradisional Bali dengan sentuhan lokal Papua, mencerminkan harmoni dua kebudayaan yang menyatu dalam satu ruang suci.
Selain fungsi religius, Pura Agung Surya Buana juga menjadi tempat edukasi dan kegiatan sosial lintas agama. Seringkali sekolah-sekolah di Jayapura mengadakan kunjungan untuk belajar tentang toleransi dan filosofi kehidupan umat Hindu.
- Pura Agung Giri Cyclop, Sentani
Tak jauh dari Danau Sentani yang memesona, berdiri Pura Agung Giri Cyclop di kompleks Yonif 751/VJS, Kabupaten Jayapura. Nama “Giri Cyclop” diambil dari Gunung Cyclop, ikon alam Papua yang menjadi saksi keteguhan umat Hindu menjaga spiritualitas di tanah rantau.
Pura ini diresmikan untuk menampung kegiatan keagamaan umat Hindu yang berdinas di wilayah militer dan masyarakat sekitar. Dalam setiap perayaan keagamaan seperti Galungan dan Kuningan, suasana di pura ini terasa hangat dan penuh kekeluargaan, melibatkan juga masyarakat non-Hindu sebagai bentuk kebersamaan.
Fungsi Pura Giri Cyclop tidak berhenti pada aktivitas ritual. Tempat ini menjadi jembatan diplomasi sosial dan budaya antara umat Hindu dan masyarakat Papua, menciptakan harmoni di tengah keberagaman keyakinan.
- Pura Segara Giri Simora, Kaimana
Bergeser ke barat, di tepi pantai Kaimana, berdiri Pura Segara Giri Simora — sebuah tempat suci yang dibangun sejak 2018 oleh 13 kepala keluarga umat Hindu Bali yang menetap di sana.
Pura ini dibangun dengan penuh semangat swadaya. Tanahnya disertifikatkan atas nama PHDI Kabupaten Kaimana sebagai bentuk pengakuan resmi. Pura Segara Giri Simora bukan hanya tempat sembahyang, tetapi juga pusat kegiatan sosial dan budaya bagi komunitas Hindu Bali di Papua Barat.
Setiap hari raya Nyepi dan Galungan, suasana di sekitar pura menjadi hidup. Warga Bali dan masyarakat setempat bergotong royong membersihkan lingkungan dan berbagi makanan, menegaskan semangat gotong royong dan saling menghormati antarwarga.
Kehadiran pura di Kaimana menjadi bukti bahwa nilai-nilai Hindu — seperti dharma dan karma — mampu hidup berdampingan dengan kearifan lokal Papua, membentuk wajah keberagamaan yang damai dan inklusif.
- Pura Duta Dharma, Merauke
Di ujung paling selatan Papua, Pura Duta Dharma berdiri sebagai lambang keteguhan umat Hindu di wilayah perbatasan. Pura ini diresmikan pada Juni 2023 bersama enam pura lainnya oleh Kementerian Agama RI sebagai bagian dari penguatan rumah ibadah Hindu di Papua Selatan.
Nama “Duta Dharma” mencerminkan misi luhur pura ini: menjadi duta kebaikan dan kebajikan di tanah yang penuh keberagaman. Setiap perayaan Nyepi, umat Hindu di Merauke tidak hanya bersembahyang, tetapi juga menggelar kegiatan sosial seperti donor darah dan pengobatan gratis bagi masyarakat sekitar.
Pura ini menjadi bukti bahwa kehadiran umat Hindu di Papua Selatan diterima dengan baik oleh masyarakat lintas agama. Ia tumbuh bukan dalam isolasi, tetapi dalam pelukan harmoni dan semangat saling menghormati yang menjadi ciri khas masyarakat Merauke.
Menjaga Harmoni dan Spiritualitas di Timur Nusantara
Empat pura di atas menggambarkan bagaimana ajaran Hindu tumbuh di tanah Papua bukan melalui misi besar, melainkan lewat kehadiran manusia-manusia yang membawa nilai kedamaian dan gotong royong.
Dari Jayapura hingga Kaimana, pura-pura ini menjadi pusat spiritual yang menumbuhkan rasa kebersamaan lintas agama. Mereka menjadi saksi bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan jembatan untuk saling memahami dan memperkuat persaudaraan.
Sebagaimana falsafah “Vasudhaiva Kutumbakam” — seluruh dunia adalah satu keluarga — pura-pura di Papua menjadi wujud nyata dari ajaran universal tersebut, yang hidup dan tumbuh di tanah penuh cahaya di ujung timur Indonesia. (TB)

