Perkembangan teknologi digital membuka peluang besar bagi transformasi sastra Jawa Kuno ke ruang kontemporer, termasuk dalam industri media dan kreatif. Sastra Jawa Kuno yang selama ini menjadi dasar wacana kebudayaan kini dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan melalui platform digital dan karya audio-visual.
Hal tersebut disampaikan Kepala TVRI Stasiun Bali, Ir. I Gede Mustito, M.Si., saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional “Sastra Jnana Prasada”, yang menjadi rangkaian HUT ke-67 Program Studi Sastra Jawa Kuno dan HUT ke-15 Himpunan Mahasiswa Sastra Jawa Kuno. Seminar berlangsung di Auditorium Widyasabha Mandala Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Sabtu (8/11/2025).
Menurut Mustito, generasi muda kini memiliki peluang luas menjadi kreator digital yang mampu menjembatani nilai-nilai klasik dan budaya modern. “Pada masa digital, TVRI memberi ruang besar untuk menciptakan kreator muda. Ini adalah peluang bagi mahasiswa Sastra Jawa Kuno yang memiliki latar budaya kuat, tinggal dibekali kemampuan jurnalistik dan produksi konten,” ujarnya.
Ia menambahkan, perkembangan industri media membuka peluang besar bagi lulusan Sastra Jawa Kuno untuk mendirikan televisi komunitas, rumah produksi, maupun kanal digital independen. Melalui cara itu, khazanah sastra Jawa Kuno dapat lebih dikenal masyarakat dan dikontekstualisasikan dalam bentuk baru. “Mereka bisa menjadi jurnalis, produser konten budaya, atau pengelola media berbasis nilai lokal yang memiliki daya saing,” tambahnya.
Sementara itu, Koordinator Program Studi Sastra Jawa Kuno Universitas Udayana, Prof. Dr. Drs. I Nyoman Suarka, M.Hum., menegaskan bahwa keberadaan Sastra Jawa Kuno memiliki posisi penting dalam kebudayaan Bali dan nasional. Bahkan, 67 tahun lalu, keberadaan bidang ini menjadi salah satu alasan pendirian Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya) di Universitas Udayana.
“Fakultas Sastra didirikan dengan mandat sebagai pembuka peti kebudayaan lama. Dalam hal sastra, itu berarti sastra Jawa Kuno, sedangkan dalam hal benda budaya adalah arkeologi,” ujar Suarka.
Ia menekankan, Prodi Sastra Jawa Kuno Universitas Udayana merupakan satu-satunya di dunia, sehingga memiliki peluang besar untuk berkembang. Istilah “kuno” justru menjadi jembatan menuju inovasi. “Kami terus mendorong studi alih wahana, agar karya sastra Jawa Kuno bisa hadir dalam bentuk baru — film, animasi, digital storytelling, hingga media sosial,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Unud, Dr. I Ni Ketut Puji Astuti Laksmi, yang menilai eksistensi Sastra Jawa Kuno sangat berpengaruh dalam perjalanan sejarah dan kebudayaan Bali.
“Dalam studi epigrafi, kita melihat bahasa Bali Kuno akhirnya digantikan oleh bahasa Jawa Kuno, yang kemudian memberi pengaruh besar pada struktur kebudayaan Bali,” ungkapnya.
Sementara Ketua Panitia HUT ke-67 Prodi Sastra Jawa Kuno, I Putu Gede Suarya Natha, S.S., M.Hum., mengatakan bahwa seminar ini merupakan bentuk komitmen akademik untuk mengembangkan keilmuan Jawa Kuno ke arah yang lebih relevan.
Tahun ini, peringatan HUT Prodi Sastra Jawa Kuno juga diisi dengan berbagai kegiatan seperti konservasi lontar, praktik kerja lapangan, punia bakti kepada dosen purnabakti, serta seminar nasional.
“Kami ingin menunjukkan bahwa studi sastra kuno tidak berhenti di ruang arsip, tetapi bisa bertransformasi menjadi inspirasi kreatif di era digital,” pungkasnya. (TB)
