Film Pendek Indonesia Tembus Glasgow, Haris Yuliyanto Siap Harumkan Nama Bangsa

Author:
Share

Industri film pendek Indonesia kembali mencetak prestasi di kancah internasional. Minikino, melalui program Bali-Glasgow Filmmaker and Programme Exchange 2025, telah memilih Haris Yuliyanto sebagai perwakilan Indonesia dalam pertukaran filmmaker di Glasgow Short Film Festival (GSFF) 2025. 
Program ini merupakan hasil kerja sama antara Minikino Film Week, Bali International Short Film Festival, dan GSFF, Skotlandia, dengan dukungan hibah Connections Through Culture dari British Council.   
Program pertukaran ini bertujuan memperluas wawasan sinematik, membangun koneksi lintas budaya, dan menciptakan peluang baru bagi sineas muda Indonesia. Setelah melalui proses seleksi ketat dari 143 pendaftar, Haris—staf laboratorium program studi D4 Film & Televisi, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang—akhirnya terpilih sebagai perwakilan Indonesia.  
Haris akan menjalani residensi selama seminggu di Cove Park, Skotlandia, sebelum menghadiri GSFF 2025 pada 19–23 Maret. Ia akan terlibat dalam berbagai sesi diskusi, pemutaran film, serta kesempatan networking dengan para profesional industri film dunia. Selain itu, proyek film pendeknya akan dipresentasikan dalam program Indonesian Spice Route, bersama lima film pendek Indonesia lainnya.  
Menjelang keberangkatannya pada 9 Maret 2025, Haris telah mengikuti serangkaian sesi pra-keberangkatan yang mencakup persiapan teknis, wawasan budaya, serta strategi networking. Bersama produsernya, Annisa Dewi, ia juga tengah menyusun skenario dan pitch deck untuk proyek film pendek berikutnya.  
Baginya, kesempatan ini menjadi pengalaman berharga, terutama karena ini adalah perjalanan pertamanya ke luar negeri. “Saya sudah mulai belajar masak, minimal nggak salah bumbu. Bahkan saya akan membawa panci elektrik ke Skotlandia. Seperti mau pindahan ya!” ujar Haris sambil tertawa.    
Tak hanya Haris, Fransiska Prihadi, Direktur Program Minikino, juga akan hadir di GSFF sebagai juri kompetisi internasional. Cika menilai bahwa kehadiran film-film Indonesia di GSFF bukan sekadar ajang pameran karya, tetapi juga membuka diskusi tentang realitas sosial dan budaya Indonesia di mata dunia.  
“Karya-karya ini membuka ruang bagi penonton global untuk melihat Indonesia di luar eksotisme dan pariwisata, melainkan sebagai lanskap yang kompleks dan penuh dinamika,” ungkapnya.  
Selain mengirimkan filmmaker ke Skotlandia, Minikino juga akan menjadi tuan rumah bagi sineas dan program film pendek dari GSFF dalam Minikino Film Week 2025, yang berlangsung di Bali pada 12–19 September.  
Dengan langkah ini, pertukaran budaya antara Indonesia dan Skotlandia semakin erat, membuktikan bahwa film pendek Indonesia terus mendapat perhatian di panggung internasional. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!