![]() |
Foto TelusurBali.com |
Sebuah
patung bayi berukuran raksasa duduk bersila menghadap ke selatan di Jalan Raya
Sakah, Banjar Blah Tanah, Batuan Kaler, Sukawati, Gianyar. Di kiri dan kanan
patung ini, tumbuh dua pohon pule, sementara di sekeliling patung, taman ditata
sedemikian rupa dengan dilengkapi pagar besi yang tidak terlalu tinggi.
patung bayi berukuran raksasa duduk bersila menghadap ke selatan di Jalan Raya
Sakah, Banjar Blah Tanah, Batuan Kaler, Sukawati, Gianyar. Di kiri dan kanan
patung ini, tumbuh dua pohon pule, sementara di sekeliling patung, taman ditata
sedemikian rupa dengan dilengkapi pagar besi yang tidak terlalu tinggi.
Banyak
yang menyebut patung ini dengan sebutan Patung Bayi Sakah. Namun nama
sebenarnya dari patung ini yakni Sang Hyang Brahma Lelare yang merupakan simbol
dari Sang Hyang Siwa Budha.
yang menyebut patung ini dengan sebutan Patung Bayi Sakah. Namun nama
sebenarnya dari patung ini yakni Sang Hyang Brahma Lelare yang merupakan simbol
dari Sang Hyang Siwa Budha.
Tahun
1989 lalu, Cokorda Darana yang merupakan Bupati Gianyar pada masa itu melakukan
rembug atau rapat dengan sejumlah sejarawan serta prajuru desa adat Batuan.
Tujuan rapat itu yakni membahas pembangunan patung di simpang tiga dan simpang
empat yang ada di Kabupaten Gianyar.
1989 lalu, Cokorda Darana yang merupakan Bupati Gianyar pada masa itu melakukan
rembug atau rapat dengan sejumlah sejarawan serta prajuru desa adat Batuan.
Tujuan rapat itu yakni membahas pembangunan patung di simpang tiga dan simpang
empat yang ada di Kabupaten Gianyar.
Rapat
pertama tak membuahkan hasil karena kebanyakan mengusulkan agar membangun patung
wayang atau Kapten I Wayan Dipta yang merupakan pejuang kemerdekaan asal
Gianyar. Setelah rapat kedua barulah kemudian dibangun patung Brama Lelare yang
berwujud bayi raksasa.
pertama tak membuahkan hasil karena kebanyakan mengusulkan agar membangun patung
wayang atau Kapten I Wayan Dipta yang merupakan pejuang kemerdekaan asal
Gianyar. Setelah rapat kedua barulah kemudian dibangun patung Brama Lelare yang
berwujud bayi raksasa.
Demikianlah
penuturan dari Jero Mangku Ambara atau Ida Bagus Balik dalam artikel Peran Tradisi Lokal terhadap Pembentukan
Karakter Anak dalam Dunia yang Mengglobal oleh I Ketut Ardhana yang dimuat
dalam Majalah Pusaka Budaya edisi IV
tahun 2016. Ida Bagus Balik merupakan keturunan dari donatur yang juga pencetus
pembangunan patung ini.
penuturan dari Jero Mangku Ambara atau Ida Bagus Balik dalam artikel Peran Tradisi Lokal terhadap Pembentukan
Karakter Anak dalam Dunia yang Mengglobal oleh I Ketut Ardhana yang dimuat
dalam Majalah Pusaka Budaya edisi IV
tahun 2016. Ida Bagus Balik merupakan keturunan dari donatur yang juga pencetus
pembangunan patung ini.
Wujud
bayi ini memiliki filosofi wujud dari kelahiran manusia di dunia. Menurut Ida
Bagus Balik dibangunnya patung ini di Sakah dikarenakan tanah yang berada di
simpang tiga Jalaran Raya Sakah ini secara niskala disebut Blah Tanah Sake Ah. Ini memiliki arti di tengah belahan tanah
terdapat sebuah sake (adegan atau
pilar) dan ah (tidak ada batas antara
bawah dan atas).
bayi ini memiliki filosofi wujud dari kelahiran manusia di dunia. Menurut Ida
Bagus Balik dibangunnya patung ini di Sakah dikarenakan tanah yang berada di
simpang tiga Jalaran Raya Sakah ini secara niskala disebut Blah Tanah Sake Ah. Ini memiliki arti di tengah belahan tanah
terdapat sebuah sake (adegan atau
pilar) dan ah (tidak ada batas antara
bawah dan atas).
Jero
Mangku Ketut Widiantara yang juga pemangku di sana menambahkan anak yang lahir
dari pertemuan Siwa dan Budha adalah Brahmana Lelare atau seorang bayi yang sudah
pintar sastra sejak lahir. Sementara terkait ada yang menyebutnya dengan
sebutan Patung Sakah dikarenakan Sakah berasal dari kata Saka, artinya sebuah tiang atau pilar yang kokoh. “Maka
dibuatkanlah di sana sebuah patung sebagai Palinggih Brahmana Lelare dengan
bentuknya yang kokoh,” katanya seperti dikutip dari harian Bali Exspress edisi
1 Desember 2017.
Mangku Ketut Widiantara yang juga pemangku di sana menambahkan anak yang lahir
dari pertemuan Siwa dan Budha adalah Brahmana Lelare atau seorang bayi yang sudah
pintar sastra sejak lahir. Sementara terkait ada yang menyebutnya dengan
sebutan Patung Sakah dikarenakan Sakah berasal dari kata Saka, artinya sebuah tiang atau pilar yang kokoh. “Maka
dibuatkanlah di sana sebuah patung sebagai Palinggih Brahmana Lelare dengan
bentuknya yang kokoh,” katanya seperti dikutip dari harian Bali Exspress edisi
1 Desember 2017.
Kini
patung ini dianggap keramat oleh masyarakat setempat, bahkan hingga ke luar
Gianyar. Dari kabar yang beredar, konon patung bayi ini bisa menangis. Selain
menangis, juga ada yang melihat patung ini menoleh ke arah yang melihatnya. Widiantara
menyebutkan kejadian aneh tersebut hanya sebagai pengingat bahwa patung
tersebut memiliki nilai magis.
patung ini dianggap keramat oleh masyarakat setempat, bahkan hingga ke luar
Gianyar. Dari kabar yang beredar, konon patung bayi ini bisa menangis. Selain
menangis, juga ada yang melihat patung ini menoleh ke arah yang melihatnya. Widiantara
menyebutkan kejadian aneh tersebut hanya sebagai pengingat bahwa patung
tersebut memiliki nilai magis.
Kini
banyak orang yang melakukan persembahyangan di patung tersebut. Tak jarang pula
ada yang datang untuk memohon keturunan maupun kelancaran dalam hidup. (TB)
banyak orang yang melakukan persembahyangan di patung tersebut. Tak jarang pula
ada yang datang untuk memohon keturunan maupun kelancaran dalam hidup. (TB)
Berikut video terkait Patung Bayi Sakah
BACA JUGA: