Hanya Ada di Bali! Tradisi Ngejot Islam – Hindu Saat Lebaran maupun Galungan

Author:
Share
Ist

Di
Bali ada sebuah tradisi yang unik yang disebut dengan ngejot. Selain ngejot
dengan sesama umat Hindu, ngejot ini juga dilakukan antar umat beragama yakni
Hindu dan Islam.

Tradisi
Ngejot ini pun menjadi wujud toleransi serta kerukunan antarumat beragama di
Pulau Bali, yang menunjukkan bahwa perbedaan bukan halangan untuk bersatu dan
hidup berdampingan dengan damai.

Tradisi
saling mengirimkan makanan ketika peringatan Hari Raya besar keagamaan ini
menunjukkan kerukunan dan keharmonisan antarumat beragama sekaligus bukti
indahnya keberagaman di Indonesia. 

Ngejot
merupakan istilah dalam bahasa Bali yang berarti “memberi’. Sesuai artinya
tersebut, tradisi ini dilakukan dengan memberikan makanan kepada para tetangga
sebagai rasa terima kasih. Tradisi Ngejot dilakukan umat Hindu ketika Hari Raya
Galungan, Nyepi, dan Kuningan, sedangkan umat Islam melakukan tradisi ini
menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. 

Adapun
makanan yang diberikan kepada tetangga bisa berupa makanan matang siap saji,
kue atau jajanan, hingga buah-buahan. Seperti umat Islam misalnya, akan
memberikan makanan khas Lebaran seperti opor dan ketupat, sedangkan umat Hindu
akan memberikan makanan khusus yang halal apabila ditujukan untuk tetangganya
yang muslim. Tradisi Ngejot berlaku pula bagi umat Kristiani di Bali ketika
perayaan Hari Raya Natal tiba.

Meski
bingkisan ejotan, sebutan makanan yang diberikan dalam tradisi Ngejot,.secara
ekonomi nilainya tak seberapa, namun tradisi ini memiliki makna simbolik yang
sangat mendalam. Di mana tradisi Ngejot juga menjadi simbol kerukunan,
kekeluargaan dan tali persaudaraan antarumat beragama di Bali, yang hidup
berdampingan dengan harmonis. 

Dilansir
dari Okezone.com, selain sebagai bentuk rasa terima kasih, tradisi ini
dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan hubungan silaturahmi, mengenal
tetangga sekitar, membangun hubungan masyarakat menjadi lebih baik, dan
menumbuhkan rasa toleransi serta menciptakan kedamaian antarumat beragama di
Bali. Atau dengan kata lain, tradisi ini dapat memupuk kekuatan modal sosial
antar tetangga dan kerabat meski berbeda agama.

Tradisi
Ngejot diwariskan secara turun temurun dari leluhur dan dipercaya sudah hadir
sejak ratusan tahun silam. Di mana penyebaran agama Islam di Bali sendiri
seperti dilansir Antaranews.com, masuk pada zaman kerajaan abad XIV yang
berasal dari sejumlah daerah di Nusantara, antara lain Jawa, Madura, Lombok,
dan Bugis. 

Mengutip
Tirto.id, tidak ada raja di Bali kala itu yang menekan umat Islam agar
mengganti keyakinannya menjadi penganut Hindu. Hal tersebut membuat eksistensi
kehadiran Islam di Bali pun semakin kokoh, sekaligus menjadikan masyarakat
Hindu di Bali terbuka serta bersahabat terhadap muslim. Hubungan dekat ini di
Bali disebut sebagai nyama selam yang artinya “saudara Islam”. Untuk
saling menjaga kerukunan antara pengikut kedua agama tersebut, masyarakat pun
berusaha membangun toleransi dengan saling membantu dan berbagi makanan ketika
Hari Raya keagamaan masing-masing tiba. Tradisi ini lah yang kemudian diistilahkan
dengan nama Ngejot  dan masih terus dilestarikan hingga saat ini.

Seperti
saat lebaran, sesuai namanya, Ngejot dalam tradisi ini umat muslim akan
mengunjungi tetangga dan memberikan makanan. Ngejot mulai dilakukan ketika
bulan Ramadhan tiba hingga Hari Raya Idul Fitri.

Menariknya,
mereka tidak hanya berbagi ke tetangga muslim saja. Tradisi Ngejot tidak
memandang agama apa yang dipeluk baik pemberi atau penerimanya. Oleh karenanya,
makanan yang diberikan biasanya berupa hidangan yang tidak mengandung sapi ataupun
buah-buahan. Tak hanya itu, Ngejot juga dilakukan saat perayaan Hari Raya Idul
Adha.

Ngejot
diwariskan secara turun temurun dari leluhur sebagai bentuk rasa terima kasih.
Tradisi ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan hubungan silaturahmi,
mengenal tetangga sekitar, membangun hubungan masyarakat menjadi lebih baik,
dan menumbuhkan rasa toleransi serta menciptakan kedamaian antar umat beragama.

Selain
Ngejot, ada pula tradisi Pengayaman yang dilaksanakan masyarakat Bali, tepatnya
warga muslim di Desa Pegayaman, Kabupaten Buleleng. Tradisi ini dilakukan tiga
hari menjelang lebaran. Dalam tiga hari itu terdapat tiga proses tradisi yaitu
Penapean (membuat tape), Penyajaan (membuat jaje uli), dan penampahan. (TB)

 

 

 

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!