Sosok I Ketut Mardjana, Dari Anak Petani Jadi Pemilik Toya Devasya, Pernah Jadi Dirut PT Pos

Author:
Share

Nama Dr. I Ketut Mardjana, Ph.D. dikenal luas sebagai sosok pemimpin yang visioner, tangguh, dan berjiwa sosial tinggi. Lahir dari keluarga petani sederhana di Desa Kintamani, Bangli, perjalanan hidupnya mencerminkan perjuangan tanpa henti untuk mengubah nasib lewat pendidikan, kerja keras, dan kejujuran. Dari anak desa yang berjalan kaki menempuh pendidikan, kini ia menjelma menjadi salah satu tokoh inspiratif Bali yang berperan besar di bidang ekonomi dan pariwisata.

Mardjana kecil tumbuh dalam suasana pedesaan di kaki Gunung Batur. Hidup sederhana tidak membuatnya menyerah, justru menjadi motivasi untuk bersekolah tinggi. Ia menempuh pendidikan dasar di Bangli, kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 1 Denpasar, sekolah favorit kala itu.

Ketekunannya membuahkan hasil. Ia berhasil masuk ke Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), lembaga pendidikan yang dikenal mencetak birokrat dan ekonom unggulan. Tak berhenti di situ, Mardjana melanjutkan studi ke Monash University, Melbourne, Australia, hingga meraih gelar doktor di bidang ekonomi dan manajemen.

Pendidikan di luar negeri memperluas pandangannya. Ia belajar bagaimana sistem ekonomi modern bekerja, serta bagaimana kepemimpinan dan inovasi dapat mengubah wajah sebuah institusi.

Sebelum dikenal publik luas, I Ketut Mardjana sudah lebih dulu malang melintang di dunia profesional. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Keuangan PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP), perusahaan pengelola jalan tol nasional, serta menjabat di berbagai posisi strategis di beberapa perusahaan besar lainnya.

Tahun 2009 menjadi tonggak penting. Ia diangkat menjadi Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) — BUMN yang kala itu tengah menghadapi tantangan besar akibat penurunan minat masyarakat terhadap surat konvensional dan persaingan dari jasa ekspedisi swasta.

Namun di tangan dingin Mardjana, Pos Indonesia bangkit. Ia menerapkan manajemen modern, menata ulang sistem operasional, dan memperluas layanan digital.

Hasilnya luar biasa: Pos Indonesia yang semula merugi hingga puluhan miliar rupiah berhasil mencetak laba ratusan miliar hanya dalam waktu beberapa tahun. Laba bersih perusahaan meningkat signifikan dari sekitar Rp 98 miliar di tahun pertama kepemimpinannya menjadi lebih dari Rp 212 miliar pada 2012.

Gaya kepemimpinannya dikenal humanis namun tegas. Ia sering turun langsung ke lapangan, berdialog dengan pegawai hingga ke pelosok kantor pos. Prinsipnya sederhana: “Pemimpin tidak boleh hanya memerintah dari menara gading, tapi harus memahami denyut kehidupan pegawainya.”

Setelah selesai dari BUMN, I Ketut Mardjana tak lantas berhenti berkarya. Ia kembali ke tanah kelahirannya, Kintamani, dan memutuskan untuk membangun sektor yang sangat dekat dengan karakter Bali: pariwisata berbasis alam dan budaya.

Ia mendirikan dan mengembangkan Toya Devasya Natural Hot Spring & Wellness Resort, sebuah destinasi wisata alam yang kini dikenal hingga mancanegara. Terletak di tepi Danau Batur, Toya Devasya menggabungkan keindahan alam, konsep wellness tourism, serta nilai spiritual lokal yang berakar pada filosofi Tri Hita Karana—harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.

Di bawah tangan Mardjana, Toya Devasya tidak hanya menjadi resort modern, tapi juga simbol transformasi ekonomi Bangli. Usaha ini memberdayakan masyarakat lokal, menciptakan lapangan kerja, dan menjadi contoh pengembangan wisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal.

Atas keberhasilannya, Mardjana menerima berbagai penghargaan nasional seperti Lestari Entrepreneur of The Year 2019 dari Money & I Magazine, dan Indonesia Most Leading Leader Award dari Indonesia Achievement Center.

Selain sebagai pengusaha, I Ketut Mardjana juga dipercaya menjabat sebagai Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Bangli sejak 2020. Dalam peran ini, ia aktif memperkenalkan potensi wisata Bangli yang belum banyak terekspos, mulai dari desa wisata, wisata alam, hingga spiritual.

I Ketut Mardjana dikenal memegang teguh prinsip hidup sederhana, disiplin, dan berorientasi pada manfaat sosial. Ia percaya bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari materi, melainkan dari seberapa besar seseorang memberi manfaat bagi orang lain. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!