Sumber Foto en.wikipedia.org |
Selain
di Bali yang dikenal dengan sebutan pulau seribu pura, di luar Bali ternyata
juga banyak dibangun pura oleh umat Hindu setempat. Bangunan pura ini tersebar
dari Aceh hingga Papua.
Bahkan,
banyak juga bangunan pura besar yang ada di luar Bali seperti di Jawa, Lombok,
hingga Kalimantan. Berikut ini adalah 6 pura terbesar di Indonesia.
1. Pura Besakih
Pura
Besakih merupakan sebuah komplek pura yang terletak di Desa
Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Komplek
Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat yakni Pura Penataran Agung Besakih dan
18 Pura Pendamping yakni 1 Pura Basukian dan 17 Pura lainnya.
Di
Pura Basukian adalah tempat pertama kalinya Rsi Markendya menerima wahyu. Pura
Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara
semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran
Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya,
terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di
komplek Pura Besakih.
Di
Pura Penataran Agung terdapat 3 pelinggih utama yang disebut Padma Tiga simbol
stana dari Tri Purusha yaitu Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa.
2. Pura Parahyangan Agung
Jagatkarta
Pura
Parahyangan Agung Jagatkarta atau sering disebut hanya Pura
Jagatkarta adalah pura terbesar di Jawa dan terbesar ke-2 di
Indonesia setelah Pura Besakih di Bali, dan dianggap sebagai
tempat persemayaman dan pemujaan terhadap Prabu Siliwangi dan
para hyang (leluhur) dari Pakuan Pajajaran yang pernah
berdiri di wilayah Parahyangan.
Pura
Jagatkarta terletak di kaki Gunung Salak, di Ciapus, Kecamatan Tamansari di Kabupaten
Bogor. Pura Jagatkarta dibangun di lokasi unik di Gunung Salak karena
konon Pakuan Pajajaran Sunda pernah berdiri di lokasi tersebut.
Tata
letak Pura Jagatkarta juga berdasarkan legenda bahwa titik tersebut adalah
tempat di mana Prabu Siliwangi mencapai moksa bersama para
prajuritnya. Pembangunan Pura Jagatkarta dirintis pada tahun 1995 dan adalah
dari hasil kerja gotong royong umat Hindu Nusantara.
Sebelum
masuk di areal utama Pura Jagatkarta juga terdapat Pura Melanting dan Pura
Pasar Agung yang digunakan khusus untuk bersembahyang, menyempurnakan, serta
menyucikan persembahan yang akan dihaturkan di Pura Jagatkarta sebagai wujud
rasa syukur. Pengunjung wisatawan umumnya dilarang masuk ke pura utama, kecuali
bagi yang hendak melakukan ritual bersembahyang, akses hanya hingga pelataran
luar pura.
3. Pura Meru
Pura
Meru merupakan pura terbesar di Lombok yang berlokasi di Kota Cakra Negara
Timur Lombok Barat. Pura Meru didirikan untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan
kecil di pulau Lombok pada masa lalu dan sampai sekarang pun masih difungsikan
untuk mempersatukan pemeluk agama Hindu di Pulau Lombok. Pura ini diperkirakan
dibangun pada masa berkuasanya Kerajaan Karangasem oleh Anak Agung Made
Karangasem, sekitar tahun 1720.
Pura
ini terdiri dari tiga halaman. Halaman utama terdapat 29 pelinggih pemujaan
(pengayengan), 3 buah meru, dua buah padma, dan dua buah balai penunjang.
Pintu
masuk utama berada di sisi sebelah utara nerupa candi bentar dari batu bata
dengan kemuncak dan atap dari batu padas serta menggunakan pintu yang terbuat
dari besi. Sedangkan di bagian terluar pura ini terdapat bangunan khusus untuk
para pengaman yang terletak di sebelah timur pintu masuk utama. Setiap halaman
dibatasi dengan pagar yang terbuat dari struktur batu bata dengan atap polesan
semen.
4. Pura Pitamaha
Pura
Agung Pitamaha terletak di Kota Palangka Raya dengan alamat Jl. Kinibalu, Kota
Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Pura ini mewakili wilayah Tengah tepatnya di
Kota Palangka Raya. Dalam Dewata Nawa Sangga arah Tengah merupakan tempat dari
Dewa Siwa.
Pura
Pitamaha ini didirkan oleh para anggota TNI/Polri yang dinas di Palangka Raya
beserta umat Hindu lainnya pada tahun 1978. Pujawali di pura Pitamaha
berlangsung saat Purnama Kedasa, yang juga bertepatan dengan pujawali di Pura
Batur dan Besakih di Bali.
5. Pura Agung Jagatnatha Wana
Kertha
Pura
Agung Jagatnatha Wana Kertha, merupakan pura terbesar se-Indonesia Timur dengan
luas wilayah sekitar 2 hektar. Pura yang didirikan sejak tahun 1984 tersebut,
awalnya merupakan sebuah tempat pembuangan sampah yang besar.
Dalam
proses pembangunannya memakan waktu hingga 10 bulan dengan biaya lebih dari
Rp1,3 miliar yang diperoleh dari swadaya umat Hindu yang ada di Sulteng, dan juga
pemerintah setempat, serta sejumlah instansi. Pada pura tersebut juga saat ini
sudah berdiri dua buah candi, yakni Candi Bentar dan Candi Kurung.
Lokasi
pura ini yakni di Jalan Bukit Jabal Nur, Kelurahan Talise, Kecamatan
Mantikulore, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).
6. Pura Jagat Hita Karana
Pura
ini berlokasi di Jl. Sentosa No.22, Sungai Pinang Dalam, Kecamatan Sungai
Pinang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sejarah awal rencana pembangunan pura
ini dimulai tahun 1980 oleh 20 orang dari prajurit anggota polisi angkatan
1966.
Pembangunan
pura ini selesai pada tahun 1985 dan di resmikan oleh pendeta dari Bali pada
tanggal 5 Oktober 1985.
Di
dalam Pura juga dilaksanakan sekolah agama minggu untuk Agama Hindu atau Pasraman,
dan tempat Widya Sasana. Struktur Pura Jagat Hita Karana terbagi dari 3 bagian
yakni utama m andala untuk kegiatan agama, bagian kedua bernama madya mandala
untuk kegiatan sekolah, dan sanggar tari dan tabuh serta bagian nista mandala untuk
tempat parkir, sekertariat, tempat hiburan, dan perpustakaan. (TB)