![]() |
Pixabay.com |
Hari Raya Galungan adalah salah satu perayaan penting bagi umat Hindu, khususnya di Bali. Hari suci ini dirayakan untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan). Galungan menjadi momen untuk menyatukan kekuatan rohani demi mencapai ketenangan pikiran dan pendirian yang mantap.
Kata “Galungan” berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “bertarung,” yang juga dikenal sebagai Dungulan di Bali, memiliki arti “menang.” Penamaan ini merujuk pada Wuku Galungan (di Jawa) atau Wuku Dungulan (di Bali), yang merupakan siklus ke-11 dalam kalender Bali. Perayaan Galungan selalu jatuh pada hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan, sesuai sistem penanggalan tradisional Bali.
Sejarah Galungan tercatat dalam lontar Purana Bali Dwipa, yang menyebutkan bahwa perayaan ini pertama kali digelar pada hari Purnama Kapat (Rabu Kliwon Dungulan) di tahun 882 Masehi atau tahun Saka 804. Hari raya ini dirayakan dua kali dalam satu tahun Masehi, dengan jarak antara Galungan dan Kuningan adalah 10 hari.
Hari Raya Galungan memiliki makna mendalam tentang kemenangan kebaikan atas keburukan. Dalam lontar Sundarigama, makna Galungan dijelaskan sebagai berikut:
“Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning idep.”
Artinya:
Rabu Kliwon Dungulan disebut Galungan, waktu untuk menyatukan kekuatan rohani demi mendapatkan pandangan yang jernih dan melenyapkan segala kekacauan pikiran.
Inti dari Galungan adalah mencapai kesatuan rohani yang menghasilkan pikiran yang terang. Ketenangan pikiran ini merupakan wujud Dharma dalam diri manusia, sedangkan kekacauan pikiran atau byaparaning idep adalah perwujudan Adharma. Oleh karena itu, Galungan adalah perayaan kemenangan Dharma melawan Adharma.
Menurut Parisada Hindu Dharma, Galungan juga dimaknai sebagai Pawedalan Jagat atau Oton Gumi, yang berarti rasa syukur atas kelahiran dan keberadaan dunia. Meski tidak bermakna bahwa bumi lahir pada hari tersebut, umat Hindu percaya bahwa Galungan adalah waktu untuk menghaturkan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas terciptanya dunia beserta isinya.
Pada hari suci ini, umat Hindu mengungkapkan rasa syukur melalui doa dan persembahyangan. Mereka memohon keberkahan dan bimbingan untuk terus menjaga harmoni kehidupan yang dilandasi nilai-nilai kebaikan.
Perayaan Galungan selalu diikuti oleh Hari Raya Kuningan yang jatuh 10 hari setelahnya, tepatnya pada Sabtu Kliwon Wuku Kuningan. Jika Galungan adalah simbol kemenangan, maka Kuningan adalah momen untuk memohon keselamatan, perlindungan, dan kesejahteraan lahir dan batin.
Untuk tahun 2025, Galungan pertama dirayakan pada Rabu, 23 April 2025. Sedangkan untuk Kuningan dirayakan pada 3 Mei 2025.
Sedangkan untuk Galungan kedua tahun 2025 dirayakan 18 Nopember 2025. Sedangkan Kuningan dirayakan pada 29 Nopember 2025. (TB)