Sumber Foto: jejakpiknik.com |
Semua masyarakat selalu mendambakan perdamaian dan rasa
toleransi yang tinggi. Rasa yang saling menghargai dan kebebasan tanpa ada
gangguan dalam menjalankan agama maupun keyakinannya. Begitujuga harapan dari
masyarakat Bali. Apalagi, meskipun mayoritas penduduknya beragama Hindu, namun
ada juga umat lain yang tinggal di Bali baik Islam, Kristen, Protestan, maupun
Budha. Dengan keadaan tersebut, maka kerukunan dan saling menghargai adalah
yang utama.
Di Bali, kerukunan sangat terjaga. Salah satu bukti
kerukunan tersebut, yakni adanya bangunan lima agama yang saling berdampingan
dan satu tempat. Hal ini tercermin dari bangunan Puja Mandala yang berada di
Nusa Dua, Badung, Bali.
Dilansir dari artikel Kajian Multikulturalisme: Ide-Ide
Imajiner dalam Pembangunan Puja Mandala yang disusun Ida Bagus Wika Krishna dari
Universitas Hindu Indonesia disebutkan, sejarah didirikannya Puja Mandala
berawal dari ide Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi, Joop Ave yang
menginginkan kawasan pariwisata Nusa Dua hendaknya terdapat suatu tempat ibadah
untuk lima agama yang diakui di Indonesia pada waktu itu. Tempat ibadah ini
diharapkan dapat memfasilitasi karyawan maupun tamu-tamu yang datang untuk
wisata ke kawasan Nusa Dua yang datang berkunjung.
Selain itu kompleks Puja Mandala dibangun juga untuk
menunjukkan pada dunia bahwa kerukunan umat beragama di Bali sangat baik.
Untuk mewujudkan hal tersebut, PT. BTDC (Bali Tourism
Development Corporation) sejak tahun 1991 telah mengadakan pendekatan kepada
pimpinan lembaga keagamaan di daerah Bali, untuk menginformasikan dan membahas
rencana pembangunan lima rumah ibadah yang lahannya disediakan oleh PT. BTDC. Pembangunannya
tersebut dibiayai oleh masing-masing lembaga keagamaan dengan berbagai
persyaratan dari PT. BTDC.
Setelah melakukan pendekatan tersebut, akhirnya Puja
Mandala pun mulai dibangun tahun 1994. Adadapun persyaratan dari BTDC dalam
pelaksanaan pembangunan agar dibangun dengan tertib, pada jalan tersebut
dipinggirnya agar ada parkir untuk umum karena itu semua milik bersama, dan itu
tujuannya untuk mewujudkan kerukunan umat beragama, maka dari itu dibangun
tempat parkir tanpa sekat.
Puja Mandala terdiri dari lima tempat ibadah dengan lima
keyakinan agama yang berbeda. Puja Mandala secara keseluruhan memiliki luas 2,5
Hektar, dimana masing-masing rumah ibadah dibagi lahan yang sama seluas 0,5 Hektar.
Adapun tempat ibadah yang terdapat di Puja Mandala yaitu sebagai berikut.
1. Pura Jagat Natha
Nusa Dua
Pura Jagat Natha Nusa Dua diresmikan oleh Gubernur Bali, Dewa
Beratha pada tanggal 30 Agustus 2004. Pura Jagat Natha berstruktur seperti Pura
pada umumnya di Bali yaitu terdapat jaba pisan (halaman luar), jaba tengah (halaman
tengah), jeroan (halaman dalam).
Pada halaman luar terdapat bale kulkul, bale gong,
wantilan, palinggih Apit Lawang. Pada bagian halaman tengah terdapat bale
pesantian, dan bale pawedaan. Pada halaman bagian dalam terdapat Palinggih
Padma, Pepetik, dan Penglurah.
2. Gereja Protestan
Bukit Doa
Gereja Protestan Bukit Doa mulai dibangun sejak tahun
1994 dan diresmikan pada tanggal 22 Maret 1997. Gereja ini terdiri dari 6
lantai yaitu pada lantai 1 terdapat ruang ibadah, lantai 2 terdapat ruang
pertemuan dan seminar, lantai 3 terdapat ruang Pastori (Rumah Pendeta).
Di lantai 4 terdapat ruang retreat, di lantai 5 terdapat
ruang kreasi, dan lantai 6 terdapat ruang doa. Pada Gereja Protestan Bukit Doa
penghitungan lantai 1 dimulai dari lantai paling atas, dan seterusnya ke bawah
hingga lantai 6.
3. Wihara Buddhina
Guna
Wihara Buddha Guna mulai dibangun sejak tanggal 20
Oktober 1994 dengan meletakkan batu pertama, dan peresmiannya tanggal 20
Desember 1997. Dalam Vihara Buddha Guna terdapat 3 lantai. Pada lantai 1 yang
merupakan bangunan paling atas terdapat ruang utama yaitu tempat ibadah yang
diberi nama Dhammahall, mengikuti kemudian di lantai 2 terdapat perpustakaan,
ruang Information, security, front office, ruang makan, dapur, ruang tidur
tamu, dan ruang ibadah juga yang diberi nama Dhammasala Dhammamandira.
Pada lantai 3 terdapat ruang ibadah yang diberi nama Dhammasala
Velluvana, ruang Bhikkhu, ruang makan Bhikkhu, dan ruang Wisma Umat sebagai
peristirahatan umat.
4. Gereja Paroki
Maria Bunda Segala Bangsa
Gereja Katolik Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, mulai
dibangun tahun 1994 dan diresmikan pada tahun 1997, dalam gereja ini terdapat 4
lantai. Pada lantai pertama, ada ruang ibadah, pada lantai 2 terdapat ruang
sekretariat, koperasi, aula serba guna, toilet, dan ruang Pastor, pada lantai 3
terdapat aula serbaguna, klinik, kamar tamu, perpustakaan, toilet. Dan pada
lantai 4 terdapat ruangan orang muda katolik.
5. Masjid Agung Ibnu
Batutah
Masjid Agung Ibnu Batutah, mulai dibangun sejak tahun
1994 dan diresmikan pada tahun 1997. Pada Masjid ini terdapat 4 lantai. Lantai
1 yaitu bangunan utama tempat ibadah, lantai 2 terdapat ruang ibadah juga
beserta ruang informasi dan tempat pemandian jenazah, di lantai 3 terdapat toilet,
tempat parkir, tempat parkir ambulan, dan tempat ibadah juga beserta ruangan
kantor, di lantai 4 terdapat tempat parkir.
Sementara itu, dilansir dari liputan6.com, pengurus di
Masjid Ibnu Batutah Haji Muhamad Jumali mengatakan toleransi yang sangat tinggi
itu terjalin sudah bertahun-tahun lamanya di Puja Mandala ini. “Kita di sini
Puja Mandala tidak pernah ada masalah. Bahkan, kerjasama kita lebih baik,” kata
Haji Jumali.
Menurutnya, antar umat beragama di Puja Mandala memiliki
kerjasama yang sangat baik. Jelang ada kegiatan di sana masing-masing pengurus
dari rumah ibadah mengadakan pertemuan dan melakukan koordinasi untuk
kelancaran kegiatan berlangsung. “Kita memang ada paguyubannya. Biasanya setiap
akan ada acara keagamaan kita rapat dulu. Apabila di gereja sedang ada kebaktian
dan ramai kebetulan di masjid parkirnya masih ada, kita persilahkan jemaat
gereja menggunakan parkirnya. Pemuda-pemuda masjidnya juga akan membantu,” kata
pria keturunan Bugis itu.
Menariknya, Haji Jumali melanjutkan, pada suatu ketika
kelima tempat ibadah itu pernah menggelar upacara agama berbarengan. Kendati
bersamaan waktu itu tidak menjadi masalah. (TB)