Ist |
Namanya
Bima Maheswara dan berumur 25 tahun. Ia saat ini merupakan mahasiswa semeter VI
Universitas Warmadewa Bali.
Dua
bulan lalu, Bima memutuskan masuk Hindu dan menjalani Sudhi Widani di griya
Agung Beraban Denpasar. Ia pun mantap menjadi seorang Hindu dan tinggal di
Bali.
Saat
kecil, ia tinggal bersama ibunya di Jawa. Sementara ayahnya adalah orang Bali.
Saat kuliah ia datang ke Bali dan bertemu dengan ayahnya. Namun hanya sebentar
dan ayahnya meninggal dunia.
Bima
kemudian bertemu dengan Ketua PHDI Bali, I Nyoman Kenak. Ia belajar banyak dari
kenak tentang agama Hindu hingga akhirnya mantap masuk Hindu.
Pada
Kamis, 21 Juli 2022 Bima ikut menjalani upacara potong gigi atau metatah
bersama 44 orang lainnya di griya Agung Beraban Denpasar.
Bima
mengaku masuk Hindu ini dengan kemauan sendiri. Tak ada paksaan maupun
permintaan pihak mana pun.
“Saat
prosesi Sudhi Widani saya diperciki tirta. Intinya saya disuruh meyakinkan diri
bahwa masuk Hindu karena apa, jangan sampai karena orang lain atau tekanan.
Yang penting diri sendiri,” kata Bima.
Selama
dua bulan menjadi umat Hindu, ia mengaku sudah bersembahyang ke beberapa pura
di Denpasar seperti Pura Jagatnatha Denpasar. Juga melukat ke Pura Tirtha
Empul.
“Saya
ingin sekali bisa tangkil ke Pura Besakih, tapi saat ini masih mengatur waktu.
Semoga bisa segera tangkil ke sana,” katanya.
Semenjak
masuk Hindu, dirinya merasa sangat terbantu dari segi ekonomi. Sebagi penjual
racun tikus keliling, selalu saja dirinya mendapat orderan untuk mebanten.
Awalnya
ia mengaku jika upacara dalam agama Hindu banyak membutuhkan biaya. Namun
sekarang ia menjadi lebih yakin. “Dulu saya berpikir kalau umat Hindu banyak
mengeluarkan uang untuk melakukan upacara. Ternyata ada cara untuk melaksanakan
upacara yang sederhana yang penting hati tulus,” katanya.
Sejak
awal perjalanannya masuk Hindu, dirinya dibiayai oleh Ketua PHDI Bali, Nyoman
Kenak. Bahkan saat mengikuti prosesi metatah ini juga dibiayai Kenak.
“Saya
awalnya tidak kenal sama sekali dengan Pak Nyoman Kenak. Namun dua bulan lalu
saya dipertemukan dan ini adalah takdir,” katanya.
Saat
ikut metatah, ia juga tidak menyangka bisa ikut prosesi ini. Ketika ikut
metatah ini dirinya merasa deg degan karena takut salah, namun bisa berjalan
lancar hingga akhir.
Ketua
PHDI Bali, I Nyoman Kenak menganggap jika Bima Maheswara yang baru masuk Hindu
ini adalah pemuda cerdas.
Selain
itu, sebelum masuk Hindu dirinya juga memastikan bahwa itu datang dari hati
nurani bukan karena ada yang meminta atau paksaan.
Ia
bertemu dengan Bima karena ada temannya dari Jakarta yang mengabarinya.
Dikarenakan lokasi tempat tinggal Bisma dekat dengan kantor PHDI Bali di Jalan
Ratna, Bima pun diajak ke kantornya. “Ada teman dari Jakarta yang mengabari
saya bahwa ada yang ingin mendalami Agama Hindu. Lalu kami bertemu di Kantor
PHDI Bali Jalan Ratna,” katanya. (TB)
Berikut video selengkapnya