![]() |
Ist |
Di
Bali ada hewan yang disucikan dan selalu digunakan saat upacara besar. Hewan
ini adalah lembu atau sapi putih. Ada kisah menarik terkait lembu yang menjadi
duwe atau hewan yang disucikan di pura yang ada di Denpasar Bali. Pura ini
bernama Pura Agung Manik Batu yang terletak di kawasan
Subak Kerdung, Desa Pedungan, Denpasar.
Dilansir
dari Tribun Bali, pemangku di Pura Agung Manik Batu, Jro
Mangku Nyoman Dauh mengatakan lembu ini awalnya berasal dari pawisik atau
bisikan gaib. Jro Mangku Nyoman Dauh terus didatangi lembu ini lewat mimpinya.
Ternyata mimpi itu jadi kenyataan. Namun ada jalan yang berliku untuk mimpinya
itu menjadi kenyataan.
Awalnya,
ada seorang petani yang bekerja sebagai petani di wilayah Subak Kerdung
memiliki sapi yang bagian kepalanya berwarna putih. Setelah dewasa, sapi itu
rencananya dijual oleh pemiliknya. Akan tetapi sapi tersebut lama tak
laku-laku.
Akhirnya
saat mendekati Hari Suci Idul Adha, sapi ini kemudian laku dan dibeli oleh salah
satu rekannya yang beragama Islam yang memang tinggal di wilayah tersebut yang
dipanggil Pak Haji.
Akan
tetapi, ketika akan disemblih, tiba-tiba Pak Haji yang membeli itu tidak berani
melanjutkan penyembelihan. Sapi itu kemudian dikembalikan kepada pemiliknya.
Karena
sapinya tersebut tak laku-laku dan dikembalikan oleh orang yang membelinya,
sang pemilik sapi memutuskan untuk bertanya kepada balian atau orang pintar
terkait keberadaan sapi yang dipeliharanya bertahun-tahun tersebut. Ternyata, dari
orang pintar itu ia baru mengetahui dan sadar bahwa sapi yang dijualnya
merupakan sapi putih atau lembu yang akan ngayah di Pura Manik Batu. Selain
itu, pemiliknya juga mendapatkan pawisik serupa.
Mengetahui
hal tersebut, kemudian pemiliknya menghaturkan langsung ke pura dan disucikan
agar dapat digunakan muput suatu upacara. Sapi itu dihaturkan seminggu
kemudian tepatnya pada hari raya Tilem. Oleh pengempon pura, lembu ini kemudian
langsung diupacarai dengan banten untuk disucikan.
Dilansir
dari Bali Express, dikarenakan sudah dihaturkan dan menjadi duwe pura, lembu
tersebut dibuatkan kandang tepat di timur Pura Manik Batu. Sedangkan yang
mencari rumput dan memberikan makan adalah krama subak, kadang pangayah
yang ada di sana juga turut membantu. Setelah itu, setiap ada orang yang
melakukan upacara yadnya Murwa Daksina dan Ngasti di beberapa wilayah di Kota
Denpasar, lembu duwe itu kerap digunakan alias tedun.
Pekaseh
Subak Kerdung, I Wayan Tama juga membenarkan hal tersebut. Lantaran sudah
menjadi duwe, saat ini krama subak yang ikut merawatnya. Dan saat digunakan untuk
upacara, krama subak bergiliran bersama pemangku yang mendampingi ke lokasi
upacara berlangsung.
Tama
juga menambahkan, pemilik lembu sempat karauhan (trance) yang secara langsung
mengatakan bahwa lembu itu memang duwe milik Pura Manik Batu. “Saat karauhan,
dikatakan duwe berupa lembu pura ini sedang luntang-lantung di Subak Kerdung,
dan segera harus dibawa ke pura. Makanya, pemiliknya langsung menghaturkan ke
sini untuk dijadikan duwe pura,” katanya.
Pekaseh
Subak Kerdung ini menambahkan kejadian itu terjadi setelah pada bulan Maret
2018. Bersamaan dengan hal itu juga ada aturan atau sumbangan pretima
berupa patung Dewi Danu dari Keraton Jogjakarta ke pura ini. (TB)