Kulkul Lanang Istri Mistis di Klungkung Bali, Berbunyi Sendiri Pertanda Ada Wabah atau Bahaya, Begini Misterinya

Author:
Share
Istimewa

Di
Bali, kentongan disebut dengan kulkul. Kulkul ini sampai saat ini masih
digunakan sebagai alat komunikasi tradisional oleh masyarakat adat di Bali.

Kulkul
menjadi pertanda atau pengingat untuk sangkep atau rembug di balai banjar.
Kulkul juga sebagai penanda suatu upacara. Bahkan saat masesapuh atau
mengelilingi areal pura juga menggunakan kulkul sebagai pengiring.

Namun
kulkul ternyata tak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, namun juga bisa
menjadi pertanda tertentu dan memiliki sifat mistis.

Seperti
halnya dua kulkul yang ada di Puri Agung Klungkung. Kedua kulkul ini dipercaya
sebagai kulkul lanang istri atau lelaki perempuan.

Dipercaya,
jika kulkul ini berbunyi sendiri, merupakan pertanda akan terjadi bencana.
Menurut kepercayaan, hal ini sudah pernah terbukti beberapa kali.

Dilansir
dari berbagai sumber, inilah kisah mistis dibalik kedua kulkul tersebut.

Sampai
saat ini tak diketahui kapan kulkul itu dibuat. Selain itu, tak diketahui juga
kayu apa yang digunakan untuk membuatnya.

Namun
pihak puri mengatakan kulkul ini disebut Pajenengan Suara.

Menurut
Raja Klungkung, Ida Dalem Smara Putra, ada kepercayaan jika dibuat dari katik
kayu sila gui. Akan tetapi ukuran sila gui kecil, sehingga masih menjadi
misteri.

Selain
itu, ukuran kulkul ini pun berubah-ubah saat dilakukan pengukuran. Namun
dipastikan ukuran kulkul istri lebih kecil dibandingkan kulkul lanang.

Diceritakan
pula, jika kulkul ini sudah ada di Puri Agung Klungkung sejak sekitar 1964,
dimana ketika itu Dewa Agung Gede Oka Geg menjadi Raja Klungkung. Sebelumnya,
kulkul itu berada di Puri Semarajaya, areal Kerta Gosa saat ini.

Sekitar
1908 terjadi Perang Puputan yang membuat puri rusak dan warga kala itu
berinisiatif memindahkan kulkul tersebut ke Pura Dalem Kresek di perbatasan
Desa Besang dan Bendul, Klungkung. Selanjutnya tahun 1964 barulah dipindahkan
ke Puri Agung Klungkung.

Untuk
membunyikan kulkul ini tak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Biasanya
dibunyikan saat tumpek wariga, bertepatan dengan pujawali Pajenengan Suara.

Kulkul
ini juga pernah berbunyi sendiri dan yang mendengar hingga masyarakat di luar
Klungkung. Jika kulkul berbunyi sendiri, dipercaya akan terjadi wabah atau
bencana. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!