Tim Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Jembrana dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali melakukan konservasi dan identifikasi terhadap koleksi lontar milik I Nengah Werden di Banjar Taman, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, pada Senin 10 Februari 2025. Sebanyak 24 cakep lontar diperiksa dalam kegiatan ini, namun hanya 14 di antaranya yang berhasil diidentifikasi.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Jembrana, I Nengah Yoga Darma Adi Putra, mengungkapkan bahwa kondisi lontar yang tersisa cukup memprihatinkan. “Dari 24 cakep lontar yang ada, kami hanya bisa mengidentifikasi 14 saja. Sisanya, sebanyak 10 ikat lontar, dalam keadaan tidak utuh, beberapa bagiannya hilang dan rusak,” jelasnya.
Yoga Darma menambahkan, lontar-lontar yang tidak bisa diidentifikasi mengalami kerusakan signifikan, seperti halaman yang hilang atau terlepas. Meski sudah dibersihkan dan dicocokkan kembali, masih terdapat bagian yang tidak lengkap. “Kami mohon maaf karena 10 ikat lontar belum dapat diidentifikasi,” tambahnya.
Dari 14 lontar yang berhasil dikaji, terdiri dari berbagai jenis, yakni 10 cakep Lontar Kanda, 1 cakep Lontar Wariga, 1 cakep Lontar Tattwa, 1 cakep Lontar Swagina, dan 1 cakep Lontar Usada. “Lontar-lontar ini berisi tentang kanda, wariga atau ilmu perbintangan, tattwa, asta kosala-kosali, serta usada atau pengobatan tradisional,” jelasnya lebih lanjut.
Judul dari 14 lontar yang teridentifikasi antara lain Pamandhi Swara (kanda), Tenung Saptewara (wariga), Tutur Usada Gali (tattwa), Kawisesan (kanda), Pangasih (kanda), Penaut (kanda), Panulak Pannut (kanda), Pamakuhan (swagina – Asta Kosala Kosali), Kawisesan (kanda) sebanyak tiga kali, Usada (usada), dan Pamungkah Panrang (kanda).
I Nengah Werden mengakui bahwa ia masih awam dalam hal perawatan lontar, sehingga beberapa koleksinya mengalami kerusakan. “Secara fisik, lontar-lontar ini memang kurang terawat karena saya belum mengetahui cara yang tepat untuk menjaganya,” ujarnya.
Menanggapi hal ini, Tim Penyuluh Bahasa Bali memberikan saran agar lontar disimpan di tempat yang kering dan tidak lembap, sebaiknya dalam rak kaca. Selain itu, lontar perlu dikeluarkan secara berkala untuk diangin-anginkan guna menghindari pertumbuhan jamur.
I Nengah Werden menyampaikan apresiasi atas kepedulian Dinas Kebudayaan Provinsi Bali terhadap pelestarian lontar di masyarakat. “Saya berharap program ini bisa terus berlanjut, agar para pemilik lontar yang belum memahami cara merawatnya bisa mendapatkan bimbingan,” harapnya.
Ia juga menegaskan pentingnya bimbingan dari para penyuluh, tidak hanya dalam merawat lontar tetapi juga dalam membaca dan memahami isinya. “Bimbingan dari penyuluh sangat kami perlukan agar kami bisa menjaga warisan budaya leluhur ini dengan baik,” pungkasnya. (TB)