Makna Gempa Bumi di Sasih Karo Menurut Lontar Palelindon: Pertanda dari Sang Hyang Yama

Author:
Share
Ilustrasi

Gempa bumi atau linuh dalam kepercayaan masyarakat Bali bukan hanya fenomena alam, melainkan dianggap memiliki makna khusus sebagai pertanda kehidupan.

Dalam lontar Palelindon, sebuah teks kuno Bali, dijelaskan bahwa kemunculan gempa di bulan Sasih Kara atau bulan kedua dalam kalender Bali dapat menandakan berbagai hal yang perlu diperhatikan.

Menurut teks dalam lontar Palelindon, gempa yang terjadi pada Sasih Karo disebut sebagai waktu ketika Bhatara Gangga sedang beryoga. Kondisi ini dipercaya membawa keselamatan bagi dunia, namun juga membawa dampak pada alam dan manusia.

Salah satu efeknya disebutkan adalah danau yang menjadi kering, sementara buah-buahan tidak dapat tumbuh dengan baik, mengakibatkan gagal panen atau hasil bumi yang kurang melimpah.

Selain itu, lontar tersebut juga menyebutkan bahwa gempa pada Sasih Kara dapat menandakan munculnya penyakit kulit atau yang dikenal sebagai upas. Penyakit ini bisa menyerang banyak orang dan dianggap sebagai pertanda dari Sang Hyang Yama, dewa penguasa kematian dan karma, yang sedang mencari tempat untuk bersemayam.

Berikut Kutipannya.

Tekaning lindu, Bhatara Gangga mayoga, rahayu pageh ikang rat kabeh, danu asat, pala gantung urung, akweh wong kena gering, kena upas dewa Sang Hyang Yama ngalih palinggih. 

Artinya: 

Apabila sasih Kara datangnya linuh, Bhatara Gangga beryoga, selamat seluruh dunia, danau kering buah-buahan tak jadi, banyak orang kena penyakit kulit (upas), Bhatara Yama menghendaki stana. (TB)

       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!