Nama Mang Gita mungkin tak asing bagi pecinta musik pop Bali era 2000-an. Pria bernama asli I Komang Sugiarta ini pernah menjadi salah satu ikon musik Bali lewat lagu-lagu hits seperti Kapu-kapu, Bajang Gunung, dan Layu Setonden Kembang. Suaranya yang khas dan lirik-lirik karyanya yang puitis membuatnya dikenang hingga kini.
Namun siapa sangka, sosok yang dulu dikenal sebagai penyanyi dan pencipta lagu kini mengabdikan dirinya sebagai Perbekel Desa Sangketan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
Sebelum terjun ke dunia pemerintahan, Mang Gita dikenal sebagai seniman produktif. Beberapa karyanya bahkan dinyanyikan oleh musisi Bali terkenal seperti Widi Widiana, Dek Ulik, hingga Joni Agung.
Lagu-lagunya seperti Macumbu, Nguber Layangan, dan Selantang Tuwuh sempat menjadi hits di berbagai stasiun radio lokal dan menjadi bagian dari perjalanan musik Bali modern.
Meski sukses di dunia hiburan, Mang Gita memilih jalur pengabdian. Tahun 2017, ia mencalonkan diri sebagai Perbekel Desa Sangketan dan berhasil meraih kepercayaan masyarakat dengan 966 suara, mengungguli lawannya, Made Sukawijaya.
Kinerjanya yang dinilai baik membuatnya kembali dipercaya masyarakat. Dalam pemilihan berikutnya pada 2023, ia kembali menang dengan 1.222 suara, jauh mengungguli dua calon lainnya, I Nengah Sugiarta dan I Ketut Widiarsa.
Sebagai perbekel, Mang Gita dikenal memiliki gaya kepemimpinan yang sederhana, humanis, dan merakyat. Ia aktif turun langsung ke lapangan untuk berdialog dengan warganya, memastikan setiap program desa berjalan sesuai kebutuhan masyarakat. (TB)

