![]() |
Sumber; https://pixabay.com |
Masyarakat
Bali mengenal ada enam Tumpek yakni Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Tumpek
Kuningan, Tumpek Krulut, Tumpek Uye, dan Tumpek Wayang. Salah satu yang
dirayakan hari ini yakni Tumpek Krulut.
Tumpek
Krulut ini dirayakan pada hari Sabtu (Saniscara) Kliwon wuku Krulut. Tumpek ini
dirayakan setiap 210 hari sekali atau enam bulan sekali. Krulut ini berasal
dari kata lulut yang artinya kasih sayang.
Krulut ini dirayakan pada hari Sabtu (Saniscara) Kliwon wuku Krulut. Tumpek ini
dirayakan setiap 210 hari sekali atau enam bulan sekali. Krulut ini berasal
dari kata lulut yang artinya kasih sayang.
Pegiat
lontar sekaligus Dosen Bahasa Bali Unud, I Putu Eka Guna Yasa mengungkapkan
saat Tumpek Krulut merupakan pemujaan Bhatara Iswara. Dalam hal ini
dipersonifikasikan dengan pemuliaan gambelan.
lontar sekaligus Dosen Bahasa Bali Unud, I Putu Eka Guna Yasa mengungkapkan
saat Tumpek Krulut merupakan pemujaan Bhatara Iswara. Dalam hal ini
dipersonifikasikan dengan pemuliaan gambelan.
Sehingga
kasih sayang dalam Tumpek Krulut ini diwujudkan keindahan dari suara gambelan.
kasih sayang dalam Tumpek Krulut ini diwujudkan keindahan dari suara gambelan.
Sementara
itu, Mantan Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., sebagaimana
yang dikutip dari laman www.isi-dps.ac.id mengatakan bahwa upacara Tumpek Krulut ini merupakan bentuk syukur juga untuk
menyatukan hati dengan keindahan, sehingga kedamaian dunia lewat seni dapat
terwujud.
itu, Mantan Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., sebagaimana
yang dikutip dari laman www.isi-dps.ac.id mengatakan bahwa upacara Tumpek Krulut ini merupakan bentuk syukur juga untuk
menyatukan hati dengan keindahan, sehingga kedamaian dunia lewat seni dapat
terwujud.
Menurutnya,
pemahaman Tumpek Krulut adalah mendalapi spirit tetabuhan sehingga melahirkan
kekuatan dan keteduhan. Nada dan bunyi memiliki kekuatan spiritual, dan alunan
nada-nada merupakan proses menuju harmonisasi alam.
pemahaman Tumpek Krulut adalah mendalapi spirit tetabuhan sehingga melahirkan
kekuatan dan keteduhan. Nada dan bunyi memiliki kekuatan spiritual, dan alunan
nada-nada merupakan proses menuju harmonisasi alam.
Untuk
mewujudkan hal tersebut, ia mengatakan diperlukan perenungan dan menghaturkan
syukur kepada Tuhan dalam menifestasinya sebagai Siwa. “Dengan menyatunya
gamelan atau tari dan seniman itu sendiri, maka sebuah hasil karya seni yang
luar biasa,” katanya. (TB)
mewujudkan hal tersebut, ia mengatakan diperlukan perenungan dan menghaturkan
syukur kepada Tuhan dalam menifestasinya sebagai Siwa. “Dengan menyatunya
gamelan atau tari dan seniman itu sendiri, maka sebuah hasil karya seni yang
luar biasa,” katanya. (TB)