Mengenal Banten Prayascita dalam Upacara Hindu di Bali, Lengkap Penjelasan dan Unsurnya

Author:
Share
osissmptjay.blogspot.com

Banten Prayascita merupakan bagian integral dari praktik keagamaan Hindu di Bali yang bertujuan untuk mengembalikan alam pikiran yang kotor atau tercemar menjadi suci kembali. Dalam bahasa Sansekerta, “Prayascita” berasal dari kata “Prayas” yang berarti bahagia dan gembira, serta “citta” yang merujuk pada alam pikiran yang suci dan netral.

Pikiran yang terpengaruh oleh dorongan hawa nafsu disebut “manah”, sedangkan jika mampu membedakan antara yang baik dan buruk, disebut “wiweka”, yang mengarahkan pikiran kembali ke citta melalui pemahaman Tatwa Jnana, susila, dan Upacara Yadnya.

Dalam konteks tradisi Hindu Bali, Banten Prayascita digunakan dalam upacara nyambutan, yaitu upacara untuk menyambut atau mengembalikan keharmonisan spiritual. Salah satu situasi yang memerlukan Banten Prayascita adalah ketika seseorang melakukan penglukatan (menghilangkan sebel/Cuntaka). Upacara ini dipimpin oleh Pandita atau Rohaniwan yang berwenang, yang memimpin prosesi pengelukatan.

Banten Prayascita terdiri dari berbagai unsur banten lainnya seperti Banten Penyeneng, Banten Sorohan alit (peras kecil, Tulung, Sesayut kecil), Canang Pesucian/pengesikan, Padma, Lis Sanjata Panca Dewata dengan menggunakan janur kelapa gading, 1 takir beras kuning, 1 takir daun dadap yang diulek, dan 1 buah bungkak kelapa gading yang sudah dikasturi. Sarana lain yang digunakan adalah Tirta pengelukatan yang dipohon kepada Tuhan sebagai bagian dari kesucian upacara.

Proses Banten Prayascita dalam upacara nyambutan juga melibatkan Banten Byakala dan Durmenggala sebagai bagian dari pendahuluan untuk suatu yadnya (upacara suci). Rohaniwan atau Pandita yang memimpin upacara melakukan penyucian (ngelukat) sebagai tahap awal sebelum menyampaikan upakara. Banten Byakala, Durmenggala, dan Prayascita berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan dan menyucikan lingkungan serta alam pikiran dari pengaruh dasa mala (sepuluh sumber kekotoran).

Pembersihan dan penyucian dilakukan secara menyeluruh, dimulai dari sanggar surya, pelinggih-pelinggih di merajan, tugu karang, rumah, dapur, sumur, serta seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam upacara Nyambutan. Hal ini menegaskan pentingnya kesucian spiritual dalam menjalani kehidupan sehari-hari bagi umat Hindu Bali, yang dipandu oleh nilai-nilai kearifan lokal dan ajaran agama Hindu.

Dengan demikian, Banten Prayascita tidak hanya menjadi ritual formalitas, tetapi juga merupakan ekspresi dari keinginan untuk menjaga keharmonisan batin dan kesucian spiritual, yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali. (TB)

 

       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!