Mengenal Lebur Awu dan Maknanya dalam Padewasan Bali

Author:
Share
Istimewa

Dalam kepercayaan masyarakat Hindu Bali, padewasan merupakan ketetapan hari baik atau buruk berdasarkan perhitungan kalender Bali yang kompleks. Salah satu padewasan yang memiliki makna mendalam adalah Lebur Awu, hari yang dianggap memiliki energi khusus dalam pelaksanaan berbagai kegiatan.

Apa Itu Lebur Awu?

Lebur Awu dalah ketetapan hari buruk yang tidak disarankan untuk melaksanakan kegiatan besar, seperti membangun rumah atau melaksanakan upacara pemakuhan (pemasangan atap rumah). Hari ini diyakini membawa ketidakberuntungan apabila digunakan untuk aktivitas yang bersifat konstruktif dan sakral.

Namun, lebur awu justru dianggap baik untuk membuka atau membuat terusan baru pada sungai, yang melibatkan elemen air sebagai bagian dari harmoni dengan alam.

Dasar Penentuan Lebur Awu

Hari Lebur Awu ditentukan berdasarkan perhitungan Sapta Wara (7 hari dalam minggu Bali) dan Asta Wara (8 siklus). Kombinasi antara keduanya melahirkan hari-hari tertentu yang memiliki pengaruh baik atau buruk sesuai dengan energinya. Ketetapan Lebur Awu hadir pada kombinasi berikut:

  1. Redite (Minggu) – Indra
  2. Soma (Senin) – Uma
  3. Anggara (Selasa) – Rudra
  4. Budha (Rabu) – Brahma
  5. Wrespati (Kamis) – Guru
  6. Sukra (Jumat) – Sri
  7. Saniscara (Sabtu) – Yama

Setiap kombinasi memiliki pengaruh yang berbeda, namun untuk Lebur Awu, energi yang hadir lebih cenderung destruktif jika tidak dimanfaatkan dengan bijak.

Larangan dan Anjuran pada Hari Lebur Awu

Larangan:

  1. Membangun atau memulai konstruksi rumah.
  2. Melaksanakan upacara besar, seperti pemakuhan atau ritual penting lainnya.
  3. Aktivitas yang dianggap bersifat “memaksa alam” untuk menyesuaikan diri.

Anjuran:

  1. Membuka saluran air atau membuat terusan sungai baru, karena energi hari ini dianggap mendukung kelancaran aliran air.
  2. Melakukan kegiatan bersifat pembersihan atau pelepasan (seperti merelokasi benda yang tidak digunakan).

Filosofi di Balik Lebur Awu

Secara filosofis, Lebur Awu mencerminkan keseimbangan antara kehancuran dan pembaruan. Hari ini mengajarkan bahwa dalam siklus kehidupan, ada saat untuk menghancurkan sesuatu yang lama agar tercipta hal baru yang lebih baik.

Dalam konteks spiritual, masyarakat Bali percaya bahwa pemahaman tentang Lebur Awu dan padewasan lainnya membantu menjaga harmoni antara manusia, alam, dan roh leluhur (Tri Hita Karana). (TB)

       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!