![]() |
sikn.bulelengkab.go.id |
Pulau Menjangan, merupakan sebuah pulau yang ada di Desa Sumber Kelampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali. Kawasan ini merupakan salah satu destinasi wisata spiritual yang terkenal di kalangan spiritualitas.
Di pulau seluas 175 hektar ini, terdapat sejumlah pura yang telah menjadi tempat suci bagi umat Hindu.
Lokasi Geografis Pulau Menjangan
Secara geografis, Pulau Menjangan terletak di sebelah utara ujung barat Pulau Bali, sekitar 76 kilometer arah barat Kota Singaraja, atau sekitar 6,5 kilometer ke arah utara Labuan Lalang, Desa Sumberkelampok.
Pulau ini dapat diakses dari Labuhan Banyumandi, Banjar Dinas Batuampar, Desa Pejarakan, dengan perjalanan sekitar 30 meter dari dermaga, dimulai dengan persembahyangan di Palinggih Lebuh.
Sejarah Pendirian Pura di Pulau Menjangan
Pembangunan pura di Pulau Menjangan dimulai pada tahun 1999 oleh pamedek (umat Hindu) yang bekerja keras secara gotong royong dengan dana punia (sumbangan sukarela) dari umat Hindu di seluruh Bali dan Nusantara. Proses pembangunan dilakukan secara bertahap dan baru selesai pada tahun 2006.
Pembangunannya juga tak lepas dari pawisik. Pawisik yang mendasari awal pembangunan pura di Pulau Menjangan memberikan panduan gaib yang diwariskan kepada para pamedek (umat Hindu) oleh Mahapatih Gajah Mada.
Lewat pawisik tersebut menyarankan untuk mendirikan sejumlah palinggih yang kemudian menjadi inti dari struktur keagamaan di pulau ini. Pawisik tersebut tidak hanya menetapkan lokasi dan desain pura, tetapi juga merinci peran dan fungsi masing-masing palinggih dalam konteks spiritual dan ritual Hindu.
Misalnya, Palinggih Kebo Iwa didedikasikan untuk menghormati Patih Kebo Iwa, tokoh yang dikenal karena keteguhannya dalam mempertahankan kebebasan Bali dari kekuasaan Majapahit.
Selain itu, pawisik juga menyarankan pembangunan Palinggih Hyang Pasupati, yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya Hyang Pasupati, salah satu manifestasi Tuhan dalam kepercayaan Hindu.
Pada pulau ini, terdapat 11 pura atau palinggih yang masing-masing memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri, yakni sebagai berikut.
1. Pura Taman Beji
Pura pertama yang bertujuan sebagai titik awal persembahyangan sebelum melanjutkan ke palinggih berikutnya. Di sini juga terdapat informasi mengenai tahapan persembahyangan selanjutnya.
2. Pasraman Agung Kebo Iwa (Hyang Brahma Ireng)
Tempat pemujaan untuk Patih Kebo Iwa, tokoh yang dikenal karena keberaniannya dalam menentang Majapahit.
3. Pelinggih Ida Ratu Lingsir Kebo Iwa
4. Pagoda Agung Dewi Kwan Im
Berbentuk pagoda dengan patung Dewi Kwan Im, dewi kemakmuran, yang menjadi tempat persembahyangan dengan menggunakan dupa dan bunga.
5. Pendopo Ida Bhatara Lingsir Dalem Gajah Mada (Hyang Wisnu Murti)
Pura yang menampilkan arsitektur Jawa dengan ornamen joglo dan patung Gajah Mada.
6. Pelinggih Ida Bhatara Lingsir Watu Renggong
7. Dalem Erlangga
8. Pura Sang Hyang Siwa Pasupati
Pura yang didedikasikan untuk Hyang Pasupati, terkenal dengan padmasana putihnya.
9. Pelinggih Sang Hyang Ganesha
Pura yang menghormati Dewa Ganesha dan Dewi Parwati dengan persembahyangan khusus di pinggir laut.
10. Linggih Ida Ratu Kanjeng Roro Kidul
11. Pura Segara Giri Dharma Kencana
Pura terakhir yang menjadi tujuan persembahyangan, dengan latar belakang sejarah yang berhubungan dengan Dang Hyang Sidhimantra.
Pembangunan pura di Pulau Menjangan tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai wujud penghormatan terhadap sejarah dan kepercayaan spiritual umat Hindu.
Setiap pura memiliki peran penting dalam ritual dan tradisi keagamaan Hindu, serta sebagai daya tarik spiritual dan wisata bagi pengunjung yang mencari kedamaian dan kebersamaan dengan alam.
Dengan kehadiran pura-pura ini, Pulau Menjangan tidak hanya menjadi destinasi alam yang indah tetapi juga menawarkan pengalaman budaya dan spiritual yang mendalam bagi setiap pengunjungnya. (TB)