![]() |
Istimewa |
Umat Hindu di Bali mungkin sudah tak asing dengan lantunan Puja Tri Sandya di TV maupun radio. Setiap hari sebanyak tiga kali, lantunan Puja Tri Sandya akan terdengar yakni pukul 06.00, pukul 12.00, dan pukul 18.00.
Namun tidak banyak yang tahu sosok pelantun Puja Tri Sandya yang sering didengar tersebut. Pelantun Puja Tri Sandya yang diputar tiga kali saban hari tersebut adalah almarhum Ida Pedanda Gede Made Tembau.
Ida berasal dari Griya Kulon, Desa Aan, Banjarangkan, Klungkung, Bali. Ida lebar pada umur 74 tahun tepatnya pada Selasa 28 Mei 2019.
Beliau lebar di Rumah Sakit Balimed, Denpasar sekitar puku 19.00 Wita. Ida Pedanda lebar setelah didiagnosa mengalami kanker kemih stadium IV.
Sebenarnya gejala itu sudah mulai muncul sejak 2018, bermula dari kencing berdarah. Hingga sempat keluar masuk rumah sakit, hingga rawat jalan dan terakhir mengembuskan napas terakhirnya.
Putra Ida, Ida Bagus Wibawa Adnyana yang dilansir dari Tribun Bali mengatakan selama dirawat di ruang ICU, selayaknya sulinggih, beliau masih sempat melafalkan mantra. “Mungkin beliau sudah mengikhlaskan jalan ini,” ungkap Ida Bagus Wibawa Adnyana.
Alarhum Ida Pedanda yang ketika walaka bernama Ida Bagus Gede Diksa. Semasa hidup beliau sempat berpesan agar anak dan cucu beliau tetap menekuni ajaran agama, termasuk menekuni karya sasta serta kekawin dan kidung.
Bahkan beliau menyiapkan tempat untuk belajar kekawin, belajar mekidung, menekuni ajaran agama. “Belum sempat beliau meneruskan kepada kami, keburu beliau lebar,” imbuhnya.
Dalam perjalanan hidupnya, almarhum dikenal sebagai pelantun puja tri sandya di TV dan radio sejak era 1970an. Selain itu, Ida Pedanda juga dikenal sebagai seorang pemain drama gong.
Ida penah tergabung dalam kelompok drama gong legendaris Bintang Bali Timur, bersama beberapa pemain drama gong legendaris, seperti AA Rai Kalam.
Beliau sangat dikenal dengan lakonnya sebagai raja tua. Selain itu, almarhum juga dikenal sebagai rakawi, hobi membuat prasasti, dan tulisan lontar. Almarhun juga pernah tercatat sebagai juri utsawa dharma gita tingkat nasional.
Menurut keterangan Ida Pedanda Gede Putra Bajing dari Griya Tegal Jingga Denpasar, yang memiliki kedekatan dengan almarhum mengatakan, sakit infeksi saluran kencing yang diderita Ida Pedanda Gde Made Putra Tembau ketahuan sekitar sembilan bulan lalu. Kala itu almarhum mengeluh kencingnya mengeluarkan darah. Lantaran penyakitnya itu, alamarhum pun sempat dirawat di beberapa rumah sakit.
“Kurang lebih sembilan bulan lalu sempat dirawat di Wing Amerta RSUP Sanglah. Melalui beberapa pertimbangan, almarhum diperkenankan untuk rawat jalan. Setelah itu sempat dirawat di RS Surya Husada, lagi balik ke RS Sanglah, hingga sekarang di sini (RS Balimed, red),” ujarnya.
Selama sembilan bulan melawan penyakit tersebut, kata Ida Pendanda Putra Bajing, almarhum sempat muput, melaksanakan kewajibannya melayani umat. “Beliau sempat muput kesana-sini. Di Klungkung, di Nusa Penida, di Nusa Lembongan, termasuk di Denpasar juga,” tuturnya.
Dilansir dari NusaBali, diketahui jika Ida Pedanda Putra Bajing memiliki kedekatan dengan alamarhum Ida Pedanda Gde Made Putra Tembau.
Ayah dari almarhum Ida Pedanda Gde Made Tembau merupakan guru nabenya. Di mata Ida Pedanda Putra Bajing, alamarhum dikenal sebagai sosok yang senang bergurau.
Menurutnya, almarhum menyenangi seni drama dan seni kakawin. “Mungkin karena itu sosoknya terpilih untuk mengisi lantunan Puja Tri Sandya,” papar Ida.
Almarhum yang semasa walaka bernama Ida Bagus Gde Diksa adalah lulusan Pendidikan Guru Agama Hindu tahun 1965. Beliau sering mendapat penghargaan di bidang seni, baik seni drama dan seni kakawin.
Karena keahlian beliau di bidang tersebut, beliau sering dilibatkan menjadi juri dalam perlombaan kekawin dan kidung. Beliau juga pernah mengabdi sebagai guru hingga kepala sekolah di SDN 1 Akah.
Sementara terpilihnya alamarhum untuk melantunkan bait Tri Sandya memiliki kisah tersendiri. Ida Pedanda Gede Made Tembau merupakan sosok sulinggih yang dikenal memiliki karakter suara yang sangat khas saat melantunkan mantra.
Ida dipercaya untuk merekam suaranya saat melantunkan puja Tri Sandya. Sampai sekarang rekaman tersebut digunakan oleh satasiun TV dan radio saat penanyangan Puja Trisandya.
Awalnya, orang pertama yang merekam lantunan puja Tri Sandya adalah almarhum Ida Pedanda Gede Oka Puniadmaja dari Griya Pidada Klungkung yang ketika itu menjadi pengurus di PHDI Bali dan sempat menjadi anggota DPR RI.
Namun, kaset rekaman lantunan Puja Trisandya satu-satunya dari Ida Pedanda Gede Oka Puniadmaja rusak, sehingga harus dibuat rekaman baru.
Pada tahun 1971, PHDI pun menunjuk Ida Pedanda Gde Made Tembau untuk rekaman melantunkan Puja Trisandya di RRI Denpasar, karena suara Ida dipandang mirip dengan suara almahum Ida Pedanda Gede Oka Puniadmaja.
Hal tersebut disanggupi oleh Ida Pedanda Gede Made Tembau yang ketika itu masih walaka bernama Ida Bagus Gde Diksa. Ida baru didiksa sekitar empat tahun sebelum lebar dan bergelar Ida Pedanda Gde Made Tembau.
Saat lebar, Ida Pedanda Gde Made Tembau meninggalkan satu istri, dua anak, serta satu cucu. Meski raganya telah tiada, namun suaranya akan tetap menggema dalam setiap doa Puja Tri Sandya. (TB)