Mengenal Suku Lubai di Sumatera Selatan, Lengkap Asal-usulnya

Author:
Share
Istimewa

Suku Lubai merupakan salah satu masyarakat adat yang bermukim di Desa Jiwa Baru, Kecamatan Lubai, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Wilayah mereka berada di dataran rendah yang dilewati oleh Sungai Lubai, sebuah sungai yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat setempat.
Suku Lubai sering dikelompokkan sebagai sub-suku Ogan. Namun, masyarakat Lubai sendiri tidak sepenuhnya setuju dengan pengelompokan ini. Mereka meyakini bahwa mereka adalah komunitas adat yang mandiri dengan ciri khas budaya, adat istiadat, dan bahasa tersendiri, meskipun memiliki kemiripan dengan suku Ogan.
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Lubai adalah bahasa Lubai, sebuah dialek dari rumpun bahasa Melayu yang memiliki kesamaan dengan bahasa Melayu Deli di Sumatra Utara. Hampir seluruh masyarakat suku Lubai memeluk agama Islam, dan salah satu seni budaya yang menonjol dari mereka adalah Tari Tanggai, yang juga dikenal dalam tradisi suku Ogan.
Asal-usul suku Lubai hingga kini masih menjadi misteri. Beberapa versi cerita mencoba menjelaskan asal-usul mereka, yaitu
Menurut versi pertama, suku Lubai adalah keturunan 11 murid dari Ratu Bagus Kuning, seorang tokoh agama dari Kesultanan Palembang Darussalam. Murid-murid ini di antaranya adalah Penghulu Gede, Datuk Buyung, Kuncung Emas, Panglima Bisu, Panglima Apo, Syekh Ali Akbar, dan lainnya. Salah satu dari mereka diyakini menyebarkan agama Islam di wilayah Lubai dan menjadi leluhur masyarakat setempat.
Ada yang mengatakan bahwa suku Lubai berasal dari kelompok bangsa yang bermigrasi dari dataran tinggi Yunnan di Cina Selatan sebelum era Kerajaan Sriwijaya. Migrasi ini membawa mereka ke Sumatra, tetapi karena tekanan dari Kerajaan Sriwijaya, mereka berpindah ke pedalaman bersama suku-suku lain seperti Pasemah, Lampung, Abung, dan Ogan.
Dan ada versi yang menyebutkan bahwa suku Lubai adalah keturunan dari orang-orang Kesultanan Banten. Namun, masyarakat Lubai sendiri menolak versi ini karena perbedaan yang mencolok dalam fisik, bahasa, dan budaya antara mereka dan masyarakat Banten.
Mayoritas masyarakat Lubai menggantungkan hidup pada sektor pertanian, khususnya perkebunan karet. Selain itu, mereka juga menanam nanas sebagai sumber penghidupan tambahan. Di waktu senggang, menangkap ikan di sungai menjadi kegiatan yang umum dilakukan. Kini, banyak masyarakat Lubai yang juga berkarier di sektor pemerintahan dan swasta.
Budaya dan tradisi suku Lubai tetap menjadi bagian penting dari kehidupan mereka. Meskipun identitas mereka sering dikaitkan dengan suku Ogan, masyarakat Lubai terus menjaga keunikan dan warisan leluhur mereka yang membedakan mereka dari komunitas adat lainnya di Sumatra Selatan. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!