Mengenal Upacara Tigang Sasih atau Nelu Bulanin untuk Bayi dalam Tradisi Hindu Bali, Fungsi, Makna, Prosesi

Author:
Share

Upacara Tigang Sasih atau yang juga dikenal dengan sebutan Nelu Bulanin merupakan salah satu ritual penting dalam tradisi Hindu Bali yang dilangsungkan ketika bayi telah mencapai usia sekitar 105 hari sejak kelahirannya.

Ritual ini bukan sekadar peringatan umur, namun sarat dengan nilai spiritual karena menyangkut penyatuan kembali sang atma dengan tubuhnya secara penuh, serta penghormatan kepada kekuatan-kekuatan suci yang mendampingi proses kelahiran sang bayi.

Upacara ini juga dikenal dengan nama Nigang Sasihin atau Simantonayana Samskara. Tujuan utamanya adalah menyampaikan rasa terima kasih kepada Catur Sanak, yaitu empat saudara halus yang dipercaya menjaga dan melindungi bayi sejak dalam kandungan hingga lahir.

Ketika bayi menginjak usia tiga bulan, diyakini bahwa Catur Sanak akan kembali ke tempat asalnya, dan melalui upacara ini, keberadaan sang atma dalam tubuh bayi dikuatkan secara spiritual.

BACA JUGA  Terseret Arus Saat Ambil Drone, Staf Kominfo Badung Hilang di Air Terjun Nungnung

Dalam pelaksanaannya, upacara ini tidak selalu dilakukan tepat pada usia tiga bulan. Mengingat tingginya biaya yang diperlukan, banyak keluarga di Bali memilih untuk menyelenggarakan upacara ini secara kolektif. Akibatnya, anak-anak yang mengikuti tidak hanya bayi, namun juga anak-anak yang lebih besar yang belum sempat menjalani upacara ini sebelumnya.

Rangkaian Tahapan dalam Upacara Nigang Sasihin

  1. Ngangkid (Ngulapin)

Prosesi awal ini dikenal dengan istilah ngulapin, yang berasal dari kata “ulap” berarti memanggil. Tujuan dari tahapan ini adalah memanggil atma atau roh leluhur yang dipercaya bereinkarnasi ke dalam tubuh bayi namun belum berstana di pura keluarga.

Ritual biasanya dilakukan di pantai dengan perlengkapan banten seperti Pangulapan dan Panebusan. Tradisi ini mengingatkan pada kisah Sang Jaratkaru, yang menyelamatkan leluhur melalui kelahiran keturunan.

  1. Tahapan Inti Upacara Nigang Sasihin
BACA JUGA  Pasca Terbakar, STT Suralaga Wangaya Denpasar Kebut Pengerjaan Ulang Ogoh-ogoh, Dapat Sumbangan Rp 45 Juta

Rangkaian upacara utama terdiri dari berbagai prosesi, antara lain:

  • Natab Bajang Colong, yaitu persembahan rasa syukur kepada Nyama Bajang yang telah melindungi bayi sejak awal kehidupannya.
  • Panglukatan, yaitu proses pembersihan sang anak dengan air suci dan pembacaan mantra oleh pendeta atau pemuka adat.
  • Mapetik, yaitu ritual pemotongan rambut di lima titik menggunakan Panca Korsika, dengan tujuan membersihkan sang anak dari energi negatif seperti penyakit dan halangan.
  • Pawintenan Sari dan Saraswati, dilakukan kepada anak-anak yang sudah mulai menempuh pendidikan. Dalam prosesi ini dilakukan perajahan aksara suci di tubuh anak sebagai simbol perlindungan dan penguatan mental-spiritual. Anak juga dipakaikan semayut untuk mengendalikan tindakan, karawista dan kalpika untuk mengatur pikiran, serta dirajah lidahnya untuk menata ucapan. Kain dengan lambang Ganapati diletakkan di kepala sebagai bentuk perlindungan dari pengaruh buruk.
  • Natab Sambutan, yaitu upacara penyambutan roh atma agar sepenuhnya menyatu dengan tubuh anak, mempersiapkannya untuk tumbuh secara seimbang.
  • Tuwun ke Tanah, simbolisasi kesiapan sang anak untuk bersentuhan langsung dengan alam melalui proses turun ke tanah sebagai harapan agar anak tumbuh sehat dan kuat.
BACA JUGA  Heboh 9.850 Bibit Durian Kane dari Golkar Bali, Terungkap Hanya Miskomunikasi: Segera Difinalisasi

Dengan seluruh rangkaian tersebut, Upacara Tigang Sasih mencerminkan filosofi mendalam dalam budaya Bali yang mengedepankan keseimbangan lahir dan batin, serta pentingnya menghormati leluhur dan kekuatan alam semesta.

Upacara ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga bentuk pengakuan akan pentingnya kelahiran dan pertumbuhan dalam kerangka spiritual. (TB)

Sumber gambar; Instagram @westnydj

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!