![]() |
pixabay.com |
Was Penganten merujuk kepada hari-hari tertentu dalam kalender Bali yang dianggap tidak cocok untuk melangsungkan pernikahan. Tradisi ini memiliki kaitan erat dengan kepercayaan lokal Hindu Bali tentang kebaikan dan keburukan atau ala ayuning pada waktu-waktu tertentu dalam kalender Bali.
Menurut kepercayaan masyarakat Bali, terdapat beberapa kombinasi hari dalam sistem kalender Bali yang disebut sebagai Was Penganten. Beberapa contohnya adalah:
1. Minggu Kliwon dan Jumat Pon dalam wuku Tolu,
2. Minggu Wage dan Sabtu Kliwon dalam wuku Dungulan,
3. Minggu Umanis dan Sabtu Pahing dalam wuku Menail,
4. Minggu Pon dan Sabtu Wage dalam wuku Dukut.
Hari-hari ini dianggap memiliki energi atau pengaruh yang kurang baik untuk merayakan pernikahan. Konsep Was Penganten juga melibatkan pemahaman tentang dua Was (Sad Wara) dalam satu wuku. Saat was penganten ini merupakan hari baik untuk melakukan aktivitas seperti membuat benda tajam, membangun tembok atau pagar, serta mengadakan pertemuan penting.
Dalam budaya Bali, pentingnya memilih waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan atau aktivitas penting lainnya. Meskipun terdapat kebebasan dalam memilih tanggal pernikahan, banyak pasangan dan keluarga Bali yang masih mempertimbangkan faktor-faktor dewasa atau hari baik tradisional dalam menentukan hari yang paling baik untuk mengikat janji suci tersebut.
Was Penganten menunjukkan bagaimana budaya dan kepercayaan masyarakat Bali tetap kuat dan relevan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, mengingatkan akan pentingnya harmoni dengan alam dan kekuatan spiritual dalam setiap tindakan yang dilakukan. (TB)