Mengenang Sosok I Gede Yudana, Pemeran Raja Buduh dalam Drama Gong, Juga Aktif di Pencak Silat

Author:
Share

I Gede Yudana, sosok yang dikenal luas sebagai “Raja Buduh” dalam dunia drama gong, adalah salah satu seniman legendaris yang mewarnai seni pertunjukan Bali. Lahir di Ubung, Denpasar, pada 14 Januari 1945, Yudana menjadi ikon dalam dunia hiburan Bali, terutama di era kejayaan drama gong pada 1980-an.  
Dikenal dengan perannya yang sering berlagak seperti orang yang kurang waras di atas panggung, Yudana sebenarnya adalah pribadi yang sangat disiplin, tegas, dan perfeksionis dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ia juga memiliki jiwa sosial yang tinggi dan selalu siap membantu sesama.  
  
Ketenaran I Gede Yudana meroket saat bergabung dengan grup drama gong Sancaya Dwipa dan Bhara Budaya. Dengan dedikasi dan totalitasnya, ia berhasil mengukir prestasi di dunia seni pertunjukan Bali. 
Beberapa penghargaan bergengsi yang pernah ia raih antara lain Pemeran Pembantu Terbaik se-Bali pada 1987 dan Pemeran Terbaik se-Bali dalam lakon Bagus Bego pada 1998.
Ia tampil bersama sejumlah aktor drama gong legendaris lainnya seperti Petruk, Dolar, Gangsar, Gingsir, Lodra (Raja Bagus), dan Luh Mongkeg, menjadikan pertunjukan drama gong sebagai hiburan yang sangat digemari masyarakat Bali kala itu.  
  
Tak hanya di dunia seni, Yudana juga berkiprah dalam dunia olahraga, khususnya dalam pengembangan Pencak Silat di Bali. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Harian Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Bali, membuktikan kecintaannya pada budaya dan olahraga tradisional.  
Selain itu, ia juga seorang pengusaha yang memiliki Hotel Batukaru di Ubung, Denpasar. Namun, meski sukses dalam berbagai bidang, panggung tetap menjadi bagian terbesar dalam hidupnya.  
  
Di usia senja, Yudana mulai mengalami berbagai masalah kesehatan. Ia diketahui memiliki penyakit jantung dan sudah terdeteksi ring-2. Bahkan, ia sempat menjalani pemeriksaan medis di Malaysia. Namun, kesehatannya semakin menurun akibat komplikasi penyakit stroke, ginjal, diabetes, dan jantung.  
Pada 16 Januari 2010, pukul 21.30 WITA, I Gede Yudana menghembuskan napas terakhirnya di RSUP Sanglah dalam usia 65 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, termasuk istrinya Ni Made Sasih Arini, serta anak pertamanya Putu Yudi Atmika.  
  
Hingga kini, nama I Gede Yudana tetap dikenang sebagai salah satu pelopor kejayaan drama gong Bali. Keberadaannya dalam dunia seni pertunjukan telah memberikan warna tersendiri yang sulit tergantikan. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!