Seorang remaja pendaki bernama Raysa (18) berhasil dievakuasi tim SAR gabungan setelah mengalami kram kaki saat mendaki Gunung Batukaru, Selasa (9/9/2025). Peristiwa itu sempat membuat perjalanan kelompok pendaki terhambat di tengah cuaca hujan deras dan jalur licin.
Rombongan berjumlah empat orang itu memulai perjalanan dari Pos Pura Malen sekitar pukul 05.30 Wita. Namun, saat tiba di ketinggian sekitar 1.920 mdpl (Pos 3), Raysa mendadak tidak mampu melanjutkan perjalanan karena kram pada bagian kaki. Dua rekannya memilih bertahan menemani Raysa, sementara dua lainnya turun untuk mencari pertolongan.
Sekitar pukul 13.30 Wita, kedua pendaki yang turun tiba di bawah dan meminta bantuan pecalang. Informasi tersebut kemudian diteruskan ke Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar, yang menerima laporan resmi pukul 14.05 Wita.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar, I Nyoman Sidakarya, menjelaskan bahwa pihaknya segera mengirim tim aju, sementara delapan personel dari Pos Pencarian dan Pertolongan Buleleng juga diterjunkan untuk memperkuat evakuasi.
“Kondisi di lokasi hujan deras, jalur licin, dan korban mengalami kram sehingga membutuhkan dukungan penuh dari tim SAR maupun pecalang adat,” ujar Sidakarya.
Upaya pencarian akhirnya membuahkan hasil. Pada pukul 15.40 Wita, pecalang berhasil menemukan korban bersama dua rekannya di ketinggian sekitar 1.500 mdpl. Saat itu Raysa tampak lelah, kedinginan, dan masih merasakan nyeri pada kakinya.
Korban kemudian didampingi tim SAR turun hingga tiba di Pos Pura Malen. Sesampainya di pos, Raysa langsung diberikan pertolongan medis darurat untuk mencegah gejala hipotermia akibat kondisi hujan dan angin kencang di lokasi.
Proses evakuasi berakhir pukul 17.34 Wita ketika Raysa berhasil dibawa ke Puskesmas Pupuan menggunakan ambulans. Ia kini menjalani perawatan lebih lanjut.
Dalam operasi penyelamatan ini, berbagai unsur terlibat, mulai dari Pos Pencarian dan Pertolongan Buleleng, BPBD Tabanan, Polsek Pupuan, Pecalang Adat Pujungan, Pemandu Pujungan, Bali Buana Rescue, staf kecamatan, hingga keluarga korban.
“Kerja sama lintas instansi dan masyarakat adat menjadi kunci keberhasilan evakuasi,” tambah Sidakarya.
Peristiwa ini kembali mengingatkan para pendaki untuk mempersiapkan diri secara fisik maupun perlengkapan sebelum mendaki, terlebih di musim hujan dengan jalur yang rawan licin. (TB)