Pengetahuan Tentang Musim Berdasarkan Perhitungan Wariga di Bali

Author:
Share
Ilustrasi hujan/ pixabay.com

Ilmu
pengetahuan leluhur Bali ternyata sangat luar biasa.

Hal
ini terbukti dari pengetahuan musim yang dibuat dengan menggunakan ilmu wariga.

Seperti
halnya BMKG pada masa sekarang ini, tetua di Bali juga bisa meramalkan cuaca
dengan ilmu wariga ini.

Dikutip
dari buku Wariga Krimping yang disusun Suwidja B.A, Drs. LB. Mayun, dan Drs.
Made Puma disebutkan pengetahuan tentang musim ini erat kaitannya dengan mata
pencaharian masyarakat Bali.

Sehingga
mereka membuat perhitungan musim ini berdasarkan pengetahuan tradisional yakni
Wariga.

“Atas
dasar pengetahuan tentang Wariga dapat diperhitungkan tentang musim hujan,
musim kemarau, musim angin kencang dan lain-lain,” tulis mereka.

Dari
perhitungan dengan wariga tersebut, musim hujan umumnya bermula pada sasih
kapat atau bulan keempat dalam perhitungan kalender Bali.

Jika
disandingkan dengan kalender masehi, maka sasih kapat ini jatuh pada bulan
Oktober.

Selanjutnya
hujan itu mulai turun lebat pada sasih kelima atau bulan kelima dan keenam atau
bulan keenam dalam kalender Bali.

Dan
selanjutnya hujan yang disertai dengan bertiupnya angin kencang terjadi selama sasih
kepitu atau bulan ketujuh dan kawulu atau bulan kedelapan.

Diperhitungkan
juga jika angin selama sasih-sasih tersebut bertiup kencang dari arah barat
pulau Bali.

Pada
saat sasih kesanga, hujan mulai reda serta selanjutnya disusul oleh musim
kemarau.

Pengetahuan
tentang peredaran musim tersebut bukan saja menyangkut musim hujan dan kemarau.

Melainkan
juga mengenai hal-hal yang berhubungan dengan datangnya gangguan hama terhadap
pertanian, seperti mengganasnya burung-burung atau serangan hama belalang. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!