![]() |
Website Disbud Buleleng |
Di Bali, hari Tumpek adalah momen istimewa ketika umat Hindu memperingati turunnya Sang Hyang Widhi Wisesa. Tumpek dirayakan saat pertemuan antara Saptawara Sabtu atau Saniscara dengan Pancawara Kliwon. Hari ini menjadi waktu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wisesa, yang memberikan Sanghyang Dharma dan pengetahuan.
Upacara dilakukan di sanggah, pemerajan, pura, kahyangan, dan parhyangan dengan berbagai sesajen seperti canang burat wangi, canang yasa, canang reresik, puspa serba harum, dan asap dupa astanggi. Pada malam harinya, umat disarankan berdiam diri, mengheningkan cipta, dan memusatkan pikiran untuk memuja Ida Sanghyang Dharma, yang diharapkan membawa kesucian pikiran dan keselamatan dunia. Berikut adalah enam jenis Tumpek yang dirayakan di Bali.
1. Tumpek Landep
Tumpek Landep jatuh setiap Sabtu Kliwon Wuku Landep. Pada hari ini, umat Hindu memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bermanifestasi sebagai Bhatara Siwa dan Sang Hyang Pasupati. Alat-alat tajam dan senjata, termasuk teknologi modern dan kendaraan bermotor, diupacarai sebagai bentuk syukur atas kemudahan yang diberikan. Filosofisnya, Tumpek Landep adalah hari untuk memuja dewa yang memberikan ketajaman pikiran kepada manusia.
2. Tumpek Wariga
Tumpek Wariga dirayakan setiap Sabtu Kliwon Wuku Wariga, 25 hari sebelum Hari Raya Galungan. Pemujaan ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Sangkara, dewa kesuburan dan tumbuh-tumbuhan. Upacara dilakukan di kebun atau tegalan dengan sesaji canang dan bubur tepung beras yang ditempelkan pada pohon sambil mengucapkan sesapa.
3. Tumpek Kuningan
Hari Raya Kuningan, yang jatuh pada Sabtu Kliwon wuku Kuningan, 10 hari setelah Galungan, merupakan waktu ketika para dewata dan leluhur turun ke dunia. Hari ini merupakan momen untuk memuja para dewa dan leluhur agar melimpahkan karunianya. Bangunan dihiasi dengan gantung-gantungan, tamiang, dan ceniga, dan persembahyangan harus selesai sebelum tengah hari karena para dewa kembali ke alam sunia.
4. Tumpek Krulut
Tumpek Krulut jatuh pada Saniscara Kliwon Krulut. Hari ini adalah waktu untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara, pencipta suara-suara suci dalam seni dan keindahan. Tumpek Krulut juga dikenal sebagai odalan gong, di mana alat musik seperti gamelan atau gong dipuja. Belakangan, Tumpek Krulut juga diperingati sebagai Hari Kasih Sayang atau Rahina Tresna Asih di Bali.
5. Tumpek Uye/Tumpek Kandang
Tumpek Uye atau Tumpek Kandang jatuh pada Saniscara Kliwon Uye. Pada hari ini, pemujaan dilakukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Pasupati dan Sang Hyang Rare Angon yang menjaga binatang. Upacara dilakukan untuk memohon keselamatan bagi semua binatang, termasuk ternak dan peliharaan, yang memberi manfaat besar bagi manusia.
6. Tumpek Wayang
Tumpek Wayang datang setiap Saniscara Kliwon Wuku Wayang. Wuku Wayang dianggap sebagai hari yang keramat, di mana Bhatara Siwa memberi izin kepada Dewa Kala untuk memangsa orang yang lahir pada wuku ini. Anak-anak yang lahir pada wuku Wayang biasanya menjalani upacara ruwatan dengan pementasan Wayang Sapuh Leger, yang bermakna pembersihan dari kotoran atau mala. Pemujaan ditujukan kepada Sang Hyang Iswara melalui persembahan sesajen kepada pratima-pratima dan wayang, serta alat musik seperti gong, gender, dan angklung.
Kesimpulan
Hari-hari Tumpek di Bali adalah momen sakral yang dipenuhi dengan berbagai upacara dan pemujaan kepada manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Setiap Tumpek memiliki makna dan tujuan khusus, mencakup aspek-aspek penting dalam kehidupan sehari-hari seperti ketajaman pikiran, kesuburan, keselamatan binatang, serta penghormatan terhadap seni dan leluhur. Melalui perayaan Tumpek, umat Hindu Bali memperkuat hubungan spiritual dengan Tuhan, alam, dan sesama, serta menjaga warisan budaya yang kaya dan bermakna. (TB)