Mengenal Pura Catur Bhuana di Raja Ampat Papua yang Baru Diresmikan Februari 2025

Author:
Share

Raja Ampat selama ini dikenal dunia sebagai surga wisata bahari. Gugusan pulau dengan air sebening kristal telah memikat wisatawan mancanegara. Namun pada Februari 2025, kabupaten ini menorehkan sejarah baru: berdirinya Pura Catur Bhuana, rumah ibadah Hindu pertama di Raja Ampat. Peresmian pura ini tidak sekadar menambah daftar destinasi wisata, tetapi juga menjadi simbol kerukunan dan keberagaman di tanah Papua.

Gagasan pembangunan pura muncul dari kerinduan umat Hindu, baik masyarakat sipil maupun prajurit TNI–Polri yang bertugas di Raja Ampat, untuk memiliki tempat ibadah permanen. Selama bertahun-tahun, umat Hindu setempat harus menumpang bersembahyang di rumah warga atau fasilitas umum.

Dorongan itu kemudian dijawab oleh Letjen TNI I Nyoman Cantiasa, saat menjabat Pangdam XVIII/Kasuari. Dukungan pemerintah daerah turut memperkuat realisasi, hingga akhirnya proyek pembangunan dimulai.

Tanggal 8 Februari 2025, bertepatan dengan Hari Raya Saraswati, Pura Catur Bhuana resmi diresmikan. Upacara dipimpin Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati, bersama Letjen TNI I Nyoman Cantiasa yang hadir sebagai Staf Khusus Kepala Staf Angkatan Darat. Kehadiran pejabat pusat dan daerah menunjukkan bahwa pembangunan rumah ibadah ini mendapat dukungan lintas level.

BACA JUGA  Mengenal Pura Agung Giri Cycloop, Jejak Hindu Bali di Tanah Papua yang Menjadi Simbol Toleransi

Berdiri di atas lahan seluas sekitar satu hektar di Jalan Perikanan, Kelurahan Sapordanco, Kota Waisai, pura ini memiliki bangunan utama dengan luas 60 x 50 meter persegi. Desainnya mengadopsi pola arsitektur pura Bali, lengkap dengan area penyucian, pelataran, dan pelinggih utama. Ornamen tradisional turut memperkuat suasana sakral yang khas.

Nama Catur Bhuana sendiri memiliki makna mendalam. “Catur” berarti empat, sedangkan “Bhuana” berarti bumi atau jagat. Filosofi itu diyakini mewakili empat pulau utama Raja Ampat. Dengan demikian, pura ini bukan sekadar tempat suci, tetapi juga representasi harmoni antara agama Hindu dan alam Raja Ampat yang kaya.

Peresmian pura disambut penuh haru oleh umat Hindu yang selama ini hidup di perantauan. Prosesi penyucian dipimpin oleh pemangku I Made Rata, dilengkapi dengan tarian Rejang Anjar yang dibawakan para penari remaja putri. Kehadiran pura dianggap sebagai pelepas rindu sekaligus jawaban doa atas kerinduan memiliki tempat ibadah yang layak.

BACA JUGA  Mengenal Pura Agung Giri Cycloop, Jejak Hindu Bali di Tanah Papua yang Menjadi Simbol Toleransi

Bagi umat Hindu di Raja Ampat, pura ini lebih dari sekadar bangunan fisik. Ia adalah rumah spiritual, tempat memohon doa, dan ruang menjaga identitas budaya di tengah keberagaman Papua.

Pemerintah Kabupaten Raja Ampat menegaskan bahwa keberadaan Pura Catur Bhuana menjadi simbol nyata toleransi. Pembangunan rumah ibadah ini menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap semua umat beragama tanpa terkecuali. Di sisi lain, masyarakat Raja Ampat dikenal memiliki ikatan sosial yang kuat, sehingga pura ini juga diharapkan memperkokoh rasa persaudaraan.

Harapan serupa datang dari tokoh adat dan masyarakat. Mereka melihat pura ini sebagai aset bersama yang akan memperkaya wajah Raja Ampat, baik dalam sisi spiritual maupun kebudayaan.

BACA JUGA  Mengenal Pura Agung Giri Cycloop, Jejak Hindu Bali di Tanah Papua yang Menjadi Simbol Toleransi

Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, Pura Catur Bhuana berpotensi menjadi tujuan wisata religi. Wisatawan yang datang ke Raja Ampat kini tak hanya disuguhi panorama laut, tetapi juga dapat mengenal sisi kerohanian dan tradisi Hindu yang hidup di Papua. Dengan letaknya yang strategis di Waisai, pura ini berpeluang menjadi destinasi tambahan yang mendukung ekonomi lokal.

Umat Hindu berharap pura ini tidak hanya terawat secara fisik, tetapi juga hidup melalui kegiatan keagamaan rutin. Pemerintah daerah pun menegaskan komitmennya untuk mendukung segala kebutuhan pengelolaan. Lebih dari itu, kehadiran Pura Catur Bhuana diharapkan dapat menjadi pengingat bahwa kerukunan hanya dapat terjaga jika semua pihak menghormati perbedaan.

Di tengah keindahan alam Raja Ampat, pura ini menjadi tanda bahwa harmoni spiritual dan sosial juga bisa tumbuh subur. Pura Catur Bhuana bukan sekadar bangunan ibadah, melainkan simbol persatuan dalam keberagaman Indonesia. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!