Nama Rahayu Saraswati Dhirakanya Djojohadikusumo kembali menjadi sorotan publik. Perempuan yang akrab disapa Sara ini resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wakil Ketua Komisi VII DPR RI pada Rabu, 10 September 2025. Keputusan itu ia sampaikan melalui sebuah video di Instagram pribadinya, setelah 10 bulan menduduki kursi legislatif periode 2024–2029.
Langkah mundur ini menandai babak baru dalam perjalanan politik cucu ekonom legendaris Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo tersebut.
Sara menyebut pengunduran dirinya tidak lepas dari polemik yang dipicu sebuah podcast berdurasi 42 menit, tayang 28 Februari 2025. Potongan video dari percakapan itu, menurutnya, dipelintir dan digunakan untuk menyerang dirinya serta “menyakiti hati rakyat”.
“Podcast itu dijadikan alat untuk melukai hati banyak orang, dan saya tidak ingin keberadaan saya di DPR menambah beban bagi rakyat maupun partai,” ujar Sara dalam pernyataan mundurnya.
Sebelum duduk kembali di DPR periode 2024–2029, Sara pernah menjadi anggota DPR RI dari Partai Gerindra pada 2014–2019. Di Senayan, ia dikenal vokal memperjuangkan isu hak-hak perempuan, perlindungan anak, serta pemberantasan perdagangan manusia.
Dedikasinya pada isu-isu sosial membuatnya kerap disorot sebagai salah satu politisi perempuan muda yang menjanjikan. Pada Februari 2025, Sara bahkan masuk dalam daftar Fortune Indonesia 40 Under 40, penghargaan bagi tokoh muda paling berpengaruh di berbagai sektor.
Lahir di Jakarta pada 27 Januari 1986, Sara merupakan putri dari pengusaha sekaligus tokoh politik Hashim Djojohadikusumo dan Anie Hashim Djojohadikusumo. Ia tumbuh di keluarga besar yang sarat sejarah, mulai dari kakek buyutnya, Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo, pendiri Bank Negara Indonesia, hingga kakeknya, Soemitro Djojohadikusumo, yang dijuluki Begawan Ekonomi Indonesia.
Masa kecil hingga remajanya diwarnai pengalaman pendidikan lintas negara. Setelah lulus SD Tarakanita II, ia melanjutkan sekolah ke Singapura, lalu ke Swiss di College du Leman, Geneva. Selama SMA, ia aktif di berbagai kegiatan, termasuk olahraga sepak bola, bahkan mewakili provinsinya dalam kompetisi tingkat nasional.
Setelah tamat SMA, Sara diterima di University of Virginia, Amerika Serikat, melalui program Early Decision. Ia menekuni bidang Drama dan Peradaban Kuno, dengan fokus pada studi Yunani dan Romawi. Ia kemudian melanjutkan pendidikan akting di International School of Screen Acting, London.
Menjadi figur publik membuat Sara tak lepas dari kontroversi. Pada 2015, ia menjadi sasaran ejekan misoginis setelah mengunggah foto kehamilannya. Foto tersebut digunakan pihak tertentu untuk menyerangnya secara politik. Sara kala itu menyatakan bahwa fenomena itu “membingungkan dan menyedihkan”, mengingat tubuh perempuan kerap dijadikan bahan serangan personal.
Sara menikah dengan Harwendro Adityo Dewanto dan dikaruniai dua anak. Di tengah kesibukan politik dan aktivisme, ia tetap menekankan peran penting keluarga sebagai fondasi hidupnya. (TB)