Ramalan Kelahiran Jumat Wage Wayang: Usia, Sifat, dan Nasib Menurut Tradisi Bali

Author:
Share
Pixabay.com

Kelahiran seseorang dalam tradisi Bali sering kali ditentukan berdasarkan kombinasi Saptawara, Pancawara, dan wuku yang membentuk karakter serta perjalanan hidupnya. Salah satu contohnya adalah kelahiran pada Jumat Wage wuku Wayang. 
Kombinasi ini menggabungkan hari Jumat yang memiliki nilai atau urip 6 dengan Wage yang bernilai 4, sehingga total uripnya menjadi 10. Berdasarkan perhitungan tradisional, umur seseorang diprediksi dengan mengalikan nilai urip ini dengan angka 6, menghasilkan jatah umur hingga 60 tahun.
Perjalanan hidup seseorang dengan kelahiran ini dapat dilihat melalui sistem Pal Sri Sedana. Sejak lahir hingga usia enam tahun, kehidupannya ditandai dengan penghasilan yang sedikit. 
Namun, memasuki usia tujuh hingga dua belas tahun, tantangan kesehatan mulai muncul. Pada masa remaja, tepatnya usia tiga belas hingga delapan belas tahun, kehidupannya membaik, menunjukkan peningkatan yang signifikan. 
Meski demikian, memasuki usia sembilan belas hingga tiga puluh tahun, kehidupan kembali stagnan dengan sedikit penghasilan. Di usia tiga puluh satu hingga tiga puluh enam tahun, kehidupannya kembali membaik, sebelum kembali dihadapkan pada ujian kesehatan di usia tiga puluh tujuh hingga empat puluh delapan tahun. 
Memasuki usia lima puluh tahun ke atas, kehidupannya kembali stabil dan mencapai masa yang baik hingga usia enam puluh tahun.
Menurut Lontar Wrehaspati Kalpa, kelahiran pada hari Jumat memiliki dewa pelindung yang disebut Bhatari Sri, dengan kala atau energi pengganggu bernama Kala Jerang, serta elemen bhuta yang diasosiasikan dengan Wulu Asu. 
Simbol-simbol lain yang melengkapi kelahiran ini adalah pohon ancak, burung titiran, dan wayang Sangut, yang merepresentasikan karakteristik dan perlambang spiritual seseorang.
Orang yang lahir pada Jumat Wage juga diyakini rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan, seperti kesemutan, sakit pernapasan, demam, hingga ancaman dari binatang tertentu. Untuk menyeimbangkan energi dan melindungi diri, diperlukan upakara atau ritual khusus. 
Ritual ini melibatkan sesajen berupa beras, telur, kelapa, pisang, dan berbagai bahan lainnya yang disusun dengan detail sesuai aturan. Prosesi persembahan dilakukan di Kamulan, dengan harapan membersihkan energi negatif dan mendatangkan keselamatan.
Selain itu, kelahiran pada Pancawara Wage memiliki dewa pelindung Wisnu dan widyadari berupa tunjung biru. Sifat utama kelahiran Wage adalah keras hati, tetapi diimbangi dengan karakter murah hati dan perhatian terhadap sesama. 
Sementara itu, kelahiran pada wuku Wayang mencerminkan seseorang yang murah hati, banyak rezeki, dan disenangi banyak orang. Kehidupannya digambarkan penuh ketentraman dan kebaikan, meskipun tetap harus waspada terhadap bahaya tertentu seperti ketulah atau kalacidra.
Untuk menolak bala dan memperbaiki perjalanan hidup, orang yang lahir pada kombinasi ini biasanya melakukan ritual tambahan dengan menggunakan nasi tumpeng, ayam panggang, dan sayuran. 
Semua itu dilakukan untuk memohon keselamatan, kesehatan, dan ketentraman dalam menjalani hidup. Meski penuh dengan simbol dan ritual, kelahiran ini tetap dipandang membawa banyak harapan baik bagi dirinya maupun orang-orang di sekitarnya. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!