![]() |
Net. |
Lahir Jumat Pon Dukut merupakan pertemuan antara Saptawara Jumat atau Sukra dan Pancawara Pon serta wuku Dukut.
Untuk mengetahui umurnya di dunia sesuai ramalan Bali bisa menggunakan perhitungan urip.
Saptawara Jumat memiliki urip 6, sedangkan Pancawara Pon memiliki urip 7. Hasil penjumlahan kedua urip ini adalah 13.
Sehingga jika dikalikan 6 hasilnya adalah 78. Oleh karena itu, jatah umurnya di dunia adalah 78 tahun.
Untuk nasibnya bisa dilihat pada tabel Pal Sri Sedana. Berikut pembacaannya.
Ketika umur 0 – 6 tahun hidupnya sengsara atau kesakitan. Berumur 7 – 12 tahun penghasilan sedikit.
Menginjak usia 13 – 16 tahun kembali mengalami penderitaan atau kesakitan. Hidup senang ketika berumur 19 – 24 tahun.
Menurun menjadi kesakitan atau mengalami penderitaan ketika umur 25 – 30 tahun. Umur 31 – 42 tahun penghasilan sedikit.
Umur 43 – 48 tahun kembali mengalami hidup senang. Penghasilan sedang ketika umur 49 – 54 tahun.
Saat umur 55 – 60 tahun kembali mengalami kesakitan atau penderitaan. Berumur 61 – 66 tahun penghasilan sedikit.
Penghasilan naik menjadi sedang saat umur 67 – 72 tahun. Diakhir hidupnya yakni 73 – 78 tahun hidupnya akan senang.
Khusus untuk kelahiran hari Jumat atau Sukra, dewanya adalah Bhatari Sri.
Sementara kalanya adalah Kala Jerang, dan bhutanya adalah Wulu asu.
Pohon atau tarunya ancak, burungnya titiran.
Memiliki wayang Sangut, dan mayanya adalah yeh, serta lintangnya karebutan.
Kelahiran Jumat akan memiliko penyakit yakni sakit badan, kesemutan, ancuk-ancuk, polor, kepek.
Juga sakit prana atau pernapasan, gerah merapah, ebuk, digalaki oleh binatang, ngreges.
Bahayanya disengkot oleh sapi.
Untuk upakara atau carunya yakni dengan sarana berupa beras 6 catu, telur 6 butir, kelapa 6 biji, pisang 6 ijas, benang 6 tukel.
Sesayutnya liwet raja kiru, adulang.
Nasinya aru candana, mapucak teleng biru, dagingnya ayam kelawu panggang, bunga cempaka kuning 6 kuncup.
Dilengkapi juga dengan suci 1 unit dengan daging itik yang telah bertelur, dipersembahkan ke surya.
Tebasan prayascita dan durmanggala, panglukatan air klebutan dengan periuk 6 biji.
Pelaksanaannya yakni di Kamulan.
Seseorang yang lahir pada Pancawara Pon dewanya adalan Mahadewa.
Penyakitnya akan kambuh saat masa pertumbuhan kuku, lumangkang, bisa bercawat, dan saat masa kawin atau menikah.
Adapun upakara atau banten tetebusannya adalah penek agung, daging ayam putih kuning dipanggang, sayumya: usus diolah.
Selanjutnya di bawah penek berisi uang 77, buah-buahan, godoh tumpi, sega liwet bertempat pada pinggan, daging babi harga 77 diolah, tetebusan benang kuning.
Adapun perilaku dari seseorang yang lahir pada Pancawara Pon adalah suka memperlihatkan atau pamer kekayaan.
Untuk wuku Dukut, dewanya Sakri bermakna keras hati, kawin dengan orang yang baik rupanya, menurun kepada anak.
Menghadapkan keris terhunus, berhati-hati, tajam otaknya, kalau melihat barangbarang lantas timbul keinginannya.
Pohon pandan wangi, tempatnya sunyi bermakna serakah, tidak boleh didekati. Burung ayam afas artinya dicintai oleh para pembesar, cepat memikir, terpakai pekerjaannya, sombong, banyak pengharapan yang baik, suka kepada tempat yang sunyi.
Gedung di belakang artinya hemat dan kikir. Kecelakaan di medan perang.
Penolaknya yakni bersedekah nasi tumpeng dari beras sepitrah, panggang ayam berumbun putih, selawat 10 sen, doanya selamat pina.
Gambarannya tunggal asri senakeraning nata, bagus rupanya, penakut. Kala wuku ada di Tenggara, dalam 7 hari tidak boleh bepergian menuju tempat kala. Hari yang baik ialah Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu. (TB)