Pura Tirta Empul merupakan salah satu pura suci yang terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Pura ini memiliki daya tarik istimewa berkat arsitektur kuno dan mata air alami yang berada di area pura.
Tak heran, tempat ini selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Berjarak sekitar 52 kilometer dari Bandara Internasional Ngurah Rai, perjalanan menuju Pura Tirta Empul memerlukan waktu sekitar 1,5 jam.
Pura Tirta Empul didirikan pada tahun 926 Masehi pada masa pemerintahan Dinasti Warmadewa.
Nama “Tirta Empul” berasal dari mata air suci yang mengalir di area pura. Dalam bahasa Bali, “Tirta Empul” berarti “air suci yang timbul dari tanah.”
Pembangunan pura ini dilakukan untuk menghormati Dewa Indra, yang diyakini memberikan berkah berupa air suci dari mata air tersebut.
Pura ini juga menyimpan kisah legendaris tentang Raja Mayadenawa yang terkenal kejam dan melarang rakyatnya menjalankan ritual keagamaan.
Menurut mitos, Mayadenawa menciptakan mata air beracun yang menyebabkan pasukan Dewa Indra mengalami keracunan.
Dewa Indra pun menancapkan tombaknya ke tanah, dan muncullah mata air suci yang dapat menyembuhkan para prajurit. Mata air inilah yang kemudian dikenal sebagai Tirta Empul.
Pura Tirta Empul terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
- Jaba Pura (Halaman Depan)
Area ini merupakan tempat pertama yang akan dilewati pengunjung saat memasuki pura. Di sini, terdapat gerbang candi bentar sebagai pintu masuk utama.
- Jaba Tengah (Halaman Tengah)
Bagian ini adalah tempat yang paling menarik perhatian wisatawan, karena terdapat dua kolam besar dengan 30 pancuran air yang digunakan untuk ritual penyucian diri (melukat).
Masing-masing pancuran memiliki fungsi dan nama yang berbeda, seperti Tirta Pengelukatan, Tirta Sudamala, dan Tirta Panegtegan. Ritual melukat dilakukan dengan membasahi badan dan kepala di bawah air pancuran untuk membersihkan diri secara spiritual.
- Jeroan (Halaman Dalam)
Area terdalam pura digunakan oleh umat Hindu untuk sembahyang. Suasana di Jeroan sangat sakral dan penuh ketenangan.
Wisatawan non-Hindu juga diperbolehkan melakukan ritual melukat di Pura Tirta Empul, namun harus mengikuti aturan adat yang berlaku.
Pengunjung diwajibkan mengenakan kain sarung dan selendang yang diikat di pinggang. Kain dan selendang ini dapat disewa di loket dekat pintu masuk.
Selain itu, wanita yang sedang datang bulan tidak diperkenankan masuk ke area pura.
Waktu terbaik untuk berkunjung ke Pura Tirta Empul adalah saat bulan purnama, ketika banyak umat Hindu melaksanakan persembahyangan.
Untuk menghindari keramaian, sebaiknya datang pada pagi hari dan hindari akhir pekan atau hari libur.
Di sebelah kiri pura, terdapat sebuah vila modern bernama Istana Tampaksiring yang dibangun pada tahun 1954 oleh Presiden Soekarno.
Istana ini dulu digunakan sebagai tempat peristirahatan Presiden Soekarno saat berkunjung ke Bali. Kini, Istana Tampaksiring menjadi tempat menginap bagi tamu-tamu kenegaraan yang berkunjung ke Bali.
Pura Tirta Empul tidak hanya menawarkan keindahan arsitektur kuno, tetapi juga nilai spiritual yang mendalam.
Air dari mata air Tirta Empul dianggap suci oleh umat Hindu, karena dipercaya mampu membersihkan diri dari energi negatif dan memberikan ketenangan batin.
Air di kolam-kolam pura sangat jernih dan sejuk, menciptakan suasana damai bagi siapa saja yang berkunjung. (TB)