Sejarah Desa Abuan Bangli, Bermula dari Cahaya Pendeta Perempuan Pertapa yang Membakar Hutan

Author:
Share

Menurut kisah turun-temurun yang dipercaya masyarakat, Desa Abuan pada zaman dahulu merupakan hutan belantara yang belum tersentuh peradaban. Kehidupan manusia di daerah ini masih sangat primitif, dan alam menjadi satu-satunya tempat bertahan hidup. 
Di tengah hutan yang lebat, terdapat seorang pendeta wanita yang menjalani tapa brata dengan penuh kesungguhan. Dengan kekuatan batin yang luar biasa, ia bersemedhi dalam keheningan hingga suatu ketika muncul cahaya suci yang begitu kuat. Cahaya ini membakar hutan di sekitarnya, meninggalkan hamparan abu yang menyelimuti tanah.
Seiring waktu, tanah yang tertutup abu ini mengalami perubahan. Kesuburannya semakin meningkat, membuat daerah tersebut menjadi lahan yang sangat cocok untuk pertanian. 
Para pendatang yang melihat potensi tanah ini mulai berdatangan, mengolah lahan, dan akhirnya menetap. Mereka menanam berbagai tanaman yang tumbuh dengan subur, menghasilkan panen yang melimpah. 
Karena tanah ini awalnya dipenuhi abu, masyarakat menyebutnya sebagai tanah “Abu-an”. Nama ini perlahan berubah seiring waktu menjadi “Abuan”, yang kini kita kenal sebagai Desa Abuan.
Sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah kesuburan tanah yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, masyarakat membangun sebuah tempat suci di lokasi semedhi sang pendeta wanita. Tempat tersebut kini dikenal sebagai Pura Manik Geni, yang terletak di tengah Desa Abuan, tepatnya di antara Bale Banjar Adat Abuan dan Kantor Perbekel Desa Abuan. 
Pura ini menjadi simbol spiritual dan penghormatan kepada leluhur yang telah mengawali sejarah desa ini.
Keberkahan tanah Desa Abuan tersebar luas, menarik lebih banyak orang untuk menetap dan membentuk komunitas di sekitar wilayah ini. Masyarakat yang datang kemudian membentuk kelompok-kelompok pemukiman yang disebut banjar. 
Dari sinilah lahir beberapa banjar utama di Desa Abuan, yaitu Banjar Abuan, Banjar Sala, dan Banjar Serokadan.
Seiring perkembangan desa, sistem pemerintahan lokal pun terbentuk. Banjar-banjar ini kemudian dikenal sebagai Banjar Adat dan Banjar Dinas. Khusus untuk Banjar Dinas Abuan, wilayahnya dimekarkan menjadi dua bagian, yaitu Banjar Dinas Abuan Kangin dan Banjar Dinas Abuan Kauh. Setiap Banjar Dinas dipimpin oleh seorang Kelian Banjar Dinas, sementara urusan adat tetap berada di bawah kepemimpinan Kelian Adat.
Desa Abuan terletak di Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Secara geografis, desa ini berjarak sekitar 7 km dari pusat Kecamatan Susut, dengan batas wilayah sebagai berikut:
– Utara: Desa Susut
– Timur: Desa Demulih
– Selatan: Desa Apuan
– Barat: Desa Petak, Kabupaten Gianyar
Dengan kondisi geografis yang mendukung serta sejarah yang kaya, Desa Abuan terus berkembang menjadi komunitas yang harmonis, mempertahankan nilai-nilai budaya dan tradisi leluhur yang telah diwariskan turun-temurun. (TB)
       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!