Desa Antiga terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Secara topografi, desa ini memiliki wilayah yang bervariasi, dengan ketinggian antara 50 hingga 500 meter di atas permukaan laut. Desa Antiga memiliki curah hujan yang relatif rendah dan berbatasan dengan wilayah berikut:
– Sebelah utara: Kecamatan Selat
– Sebelah timur: Desa Ulakan
– Sebelah selatan: Desa Antiga Kelod
– Sebelah barat: Desa Gegelang
Dengan luas wilayah mencapai 1.313,880 hektar, Desa Antiga memiliki kondisi geografis yang terbagi menjadi dua bagian utama. Wilayah utara terdiri dari perbukitan dengan sungai kecil yang mengalir sepanjang tahun, memungkinkan pertumbuhan tanaman perkebunan seperti cengkeh, salak, kopi, durian, serta berbagai jenis kayu dan tanaman lainnya.
Sementara itu, wilayah selatan didominasi oleh area persawahan, yang sebagian besar merupakan sawah tadah hujan, sementara sebagian lainnya mendapat aliran irigasi yang memungkinkan hasil pertanian yang lebih produktif.
Penggunaan lahan di desa ini terbagi menjadi beberapa sektor, dengan rincian sebagai berikut:
– Permukiman: 10,2030 ha
– Sekolah: 20,465 ha
– Tempat ibadah: 4,530 ha
– Kuburan: 5,00 ha
– Jalan: 12,185 ha
– Tanah sawah: 364,470 ha
– Perladangan/tanah tegalan: 698,277 ha
Sejak masa penjajahan Belanda hingga saat ini, kepemimpinan di Desa Antiga telah mengalami pergantian sebagai berikut:
1. I Made Nurat (Zaman Belanda – 1942)
2. I Made Medel (1942 – 1951)
3. I Wayan Tamba (1951 – 1979)
4. I Wayan Cerita (1979 – 1984)
5. I Wayan Warna Samsara (1984 – 1993)
6. I Nengah Suriata (1993 – 2002)
7. I Nyoman Seneng (2002 – 2 Maret 2009)
8. Pjs. I Made Badri (2 Maret 2009 – 18 Februari 2010)
9. I Made Badri (Perbekel definitif, 18 Februari 2010 – 2016)
10. I Wayan Madra Arsana (2017-Sekarang)
Sebelum tahun 1968, Desa Antiga dikenal dengan nama Angantelu. Pada tahun tersebut, dewan desa yang terdiri dari kelian dinas dan tokoh masyarakat mengadakan rapat untuk mengubah nama desa. Dalam rapat tersebut, diputuskan bahwa:
– Nama Desa Dinas diubah menjadi Desa Antiga
– Nama Desa Adat tetap menggunakan Desa Adat Angantelu
Meski demikian, secara historis, Antiga dan Angantelu memiliki makna yang sama dalam identitas desa ini. Perubahan nama tersebut bertujuan untuk menyelaraskan pembangunan fisik dan spiritual guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada tahun 2005, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah, terjadi pemekaran wilayah yang membagi Desa Antiga menjadi dua desa:
1. Desa Antiga
2. Desa Antiga Kelod
Awalnya, Desa Antiga memiliki tujuh Banjar Dinas, namun setelah pemekaran, pembagian baru menjadi:
– Desa Antiga: Banjar Dinas Kaler, Banjar Dinas Kelod, Banjar Tengah, Banjar Dinas Labuhan, dan Banjar Dinas Seraya
– Desa Antiga Kelod: Wilayah lainnya yang dipisahkan dalam pemekaran
Sebagai bagian dari sejarah desa ini, masih terdapat keris dan tombak sakral peninggalan masa lampau yang menjadi bukti sejarah dan warisan budaya masyarakat Antiga.
Sejarah Desa Antiga menggambarkan perjalanan panjang dari zaman penjajahan hingga saat ini. Dengan berbagai perubahan administratif dan pemekaran wilayah, desa ini terus berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. (TB)