![]() |
Istimewa |
Berikut
ini adalah sejarah Desa Apuan. Desa Apuan berada di wilayah Kecamatan Susut,
Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Adapun
luas dari Desa Apuan ini adalah 4,37 km persegi. Dimana jumlah penduduk tahun
2015 sebanyak 5.012 jiwa.
Adapun
sejarah singkat dari Desa Apuan yang dilansir dari websiter resmi desa,
disebutkan jika sebelum kolonial Belanda menjajah Indonesia, pulau Bali
diperintah oleh para Raja. Pada umumnya para Raja tersebut selalu ingin
meluaskan pengaruhnya terhadap daerah kerajaan tetangganya. Usaha memperluas
pengaruh ini selalu berakhir dengan peperangan.
Diceritakan,
sebelum tahun 1875, Desa Apuan adalah bagian dari Wilayah Kerajaan Gianyar.
Namun perlakuan Raja Gianyar disebutkan tidak adil terhadap rakyat Desa Apuan.
Hal ini terutama dalam penyetoran upeti yang sering menjadikan rakyat Desa
Apuan sakit hati.
Karena
hal tersebut sering terjadi, maka timbulah niat di hati rakyat Desa Apuan di bawah
pimpinan Jro Nyoman Munggu untuk beralih menjadi bagian wilayah Kerajaan
Bangli.
Raja
Bangli mau menerima jika rakyat Desa Apuan mau memberikan tanda kepercayaan yang
berupa gadai dengan manusia. Karena kemauan rakyat Apuan yang begitu keras
untuk menjadi bagian dari Kerajaan Bangli, maka permintaan Raja Bangli terpaksa
dipenuhi.
Setelah
gadai diserahkan berupa dua orang manusia yang bernama Jro Wayan Cekug (laki)
dan Jro Nini Tulung (perempuan), maka sejak tahun 1875 resmilah Desa Apuan
diterima menjadi bagian Wilayah Kerajaan Bangli.
Setelah
Desa Apuan resmi menjadi Kerajaan Bangli, kemudian Raja Bangli menempatkan
seseorang yang akan memerintah di Desa Apuan. Dan akhirnya hubungannya dengan
kerajaan Gianyar putus.
Setelah
beberapa lama di bawah wilayah Kerajaan Bangli, kemudian Desa Apuan mengadakan
pertempuran ke daerah Tampaksiring yang merupakan bagian dari Kerajaan Gianyar.
Ketika tiba di Bukit Kembang Kuning akibat kelelahan menempuh perjalanan jauh, para
prajurit Desa Apuan pun beristirahat di sana.
Ketika
itu rakyat Desa Apuan dikepung oleh pasukan Gianyar, sehingga hal ini
menimbulkan kepanikan di hati rakyat Desa Apuan. Dalam kepanikan itu, teringat
dengan adanya senjata berupa keris yang bernama: Keris Ganja Dunggul.
Tetapi
keris tersebut tidak dapat dicabut dari sarungnya yang pada akhirnya keris
tersebut dipukulkan pada sebuah lesung. Pukulan keris pada lesung menimbulkan
suara minta tolong yang panjang.
Akhirnya
suara itu di dengar oleh rakyat Tampakriring yang menyebabkan rakyat Gianyar
menjadi ketakutan dan lari dari lokasi pengepungan tunggang langgang. Karena
rakyat Gianyar telah lari dari pengepungan, maka rakyat Desa Apuan merasa aman
dan kembali pulang ke Desa Apuan dengan selamat, dan merasa menang karena dibantu
oleh jimat berupa suara minta tolong dari lesung itu.
Maka
diusunglah lesung tersebut di bawa ke Desa Apuan, dan disemayamkan di atas
pohon beringin yang sampai saat ini masih sangat diyakini memberikan
perlindungan demi keselamatan rakyat Desa Apuan. (TB)