Sejarah Desa Babahan, Penebel, Tabanan, Sudah Ada Sejak Raja Sri Ugrasena

Author:
Share

Desa Babahan adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Hingga tahun 2016, jumlah penduduknya mencapai 3.750 jiwa, terdiri dari 1.859 laki-laki dan 1.891 perempuan, dengan perbandingan jumlah pria dan wanita (sex ratio) sebesar 98,21. 
Sejarah desa ini memiliki nilai historis dan spiritual yang mendalam, sebagaimana tercermin dalam namanya dan peninggalan-peninggalan kuno yang masih terjaga hingga kini.  
  
Kata “Babahan” dalam bahasa Jawa Kuno memiliki arti “gapura” atau “pintu gerbang”. Istilah ini juga bermakna “melintasi” atau “melewati” sesuatu, yang erat kaitannya dengan konsep perjalanan menuju kesucian. Dalam bahasa Bali, kata serumpun seperti “pabahan” berarti ubun-ubun atau Siwa Dwara, yang dapat diartikan sebagai jalan menuju kesucian. 
Hal ini selaras dengan letak geografis Desa Babahan yang berada di jalur menuju pegunungan suci di utara desa, tempat yang dalam kepercayaan Hindu diyakini sebagai persemayaman para dewa.  
  
Nama Babahan juga diperkuat oleh bukti-bukti sejarah, seperti Prasasti Babahan I yang ditemukan di Pura Puseh Jambelangu. Prasasti ini berasal dari tahun Saka 839 atau 917 Masehi dan mencatat perjalanan Raja Sri Ugrasena dari Kerajaan Singha Mandawa (Singa Dwara). 
Raja ini memberikan hak pendirian pertapaan kepada seorang Rsi di kawasan yang kini dikenal sebagai Bang Hyang Sidem. Pada masa itu, wilayah Babahan dikenal dengan nama Jambelangu atau Majelangu.  
Wilayah Babahan saat itu masih berupa hutan belantara, dengan beberapa desa kecil di sekitarnya, seperti Jengkohok di sebelah selatan. Namun, serangan semut yang melanda Desa Jambelangu menyebabkan penduduknya mengungsi ke berbagai tempat, seperti Bolangan, Bugbugan, dan kawasan hutan yang kini menjadi Desa Babahan. 
Desa Jengkohok pun akhirnya ditinggalkan, dengan penduduknya berpindah ke daerah lain, seperti Dukuh dan Ubung.  
  
Desa Babahan dikenal sebagai salah satu desa tua di Bali yang memiliki sejumlah peninggalan arkeologis. Selain Prasasti Babahan I, terdapat artefak penting lainnya seperti Linggodbhawa, Lingga Yoni, dan Patung Ganesha. Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa desa ini memiliki akar sejarah yang panjang, sejak era pemerintahan Raja Sri Ugrasena pada abad ke-10.  
Pura Puseh Desa Babahan juga memiliki keunikan tersendiri. Letaknya berada di sebelah selatan desa, yang berbeda dari tata letak pura pada umumnya di Bali. Hal ini merupakan jejak perpindahan penduduk dan perubahan struktur desa dari masa ke masa. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!