Sejarah Desa Bajera Tabanan, Dari Pelarian Seorang Bangsawan Hingga Mekarnya Desa

Author:
Share

Desa Bajera yang kini terletak di Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan, Bali, menyimpan kisah sejarah yang tak banyak diketahui.

Di balik ketenangan desa ini, ternyata pernah berdiri sebuah kerajaan kecil yang dikenal dengan nama Kerajaan Bajera Sika.

Keberadaan kerajaan ini terungkap melalui Prasasti Brahmana Manuaba yang ditemukan di Geria Bajing, Gianyar, menyebutkan tokoh penting bernama Dayu Putu Ler, istri dari pendiri kerajaan tersebut, I Gusti Ngurah Sika, yang menyandang gelar Seri Arya Ngurah Bajera Sika.

Menurut catatan sejarah lokal dan babad Mengwi, I Gusti Ngurah Sika diduga berasal dari lingkungan bangsawan Puri Kaba-Kaba.

Ia memilih meninggalkan kerajaannya dan menetap di Bajera, akibat ketidakpuasan terhadap keputusan penguasa kala itu yang menyerahkan wilayah Kaba-Kaba ke Kerajaan Mengwi. Dari pelariannya inilah, cikal bakal berdirinya kerajaan kecil Bajera Sika dimulai.

Namun, kehadiran kerajaan ini memicu konflik dengan pihak Kerajaan Tabanan. Raja Tabanan yang mengetahui berdirinya kerajaan kecil tersebut di wilayah kekuasaannya, segera memerintahkan Ki Pasek Wanagiri untuk menyerang.

BACA JUGA  Siaran TV Digital Jangkau 90 Persen Bali Utara, Turyapada Tower Siap Jadi Ikon Wisata Dunia

Pertempuran hebat pun terjadi di Setra Desa Berembeng, yang kemudian dikenal dengan nama Seman Gerobakan, karena banyaknya korban yang berjatuhan dan darah yang mengalir di sana.

Melihat kekalahan di depan mata, I Gusti Ngurah Sika dan pengikutnya mengosongkan wilayah Bajera Sika di malam hari.

Pasukan Wanagiri yang datang keesokan harinya hanya menemukan desa yang telah ditinggalkan. Mereka kemudian menjarah dan membakar habis seluruh bangunan di sana.

I Gusti Ngurah Sika lantas melanjutkan pelariannya hingga tiba di suatu tempat berhawa harum, yang kelak dikenal sebagai Auman.

Di sanalah ia membangun kehidupan baru dan memiliki tiga orang putra: I Gusti Ngurah Lengkan, I Gusti Ngurah Sura, dan I Gusti Ngurah Berata.

BACA JUGA  Babi Guling Pan Benyek, Nikmati Kelezatan Babi Guling Autentik di Karangasem Bali dengan Harga Terjangkau

Seiring waktu, kisah kelam kembali terjadi ketika Ngurah Sura jatuh cinta kepada iparnya sendiri, yang akhirnya berujung pada konflik dan perang antar kelompok.

Akibat konflik tersebut, Ngurah Sura dan Ngurah Berata bersama para pengikutnya mengungsi ke arah barat Tukad Balean.

Mereka sempat menetap, namun terkena wabah penyakit hingga memutuskan berpindah lagi ke arah Timur Laut dan menetap di wilayah yang kini dikenal sebagai Suraberata.

Meski dua tokoh utama ini kemudian berpindah, para pengikut mereka tetap tinggal dan membangun pemukiman yang kini dikenal sebagai Desa Banjar Bengkel.

Kisah selanjutnya mencatat bagaimana keturunan Ngurah Sika akhirnya kembali ke wilayah Bajera. Sosok seperti I Gusti Ngurah Jimbaran dan I Gusti Ngurah Auman menjadi tokoh penting di masa itu.

Khususnya Ngurah Auman, yang dikenal sebagai dukun (balean), kemudian diangkat menjadi Balean Puri oleh Raja Tabanan.

BACA JUGA  Sejarah Kampung Loloan di Jembrana, Jejak Akulturasi Budaya Islam di Bali

Sebagai penghargaan, ia diberikan pengikut sebanyak 20 kepala keluarga dan dibebaskan dari hukuman mati untuk segala kesalahan turun-temurun, dengan syarat tak lagi memakai gelar “I Gusti Ngurah” dan cukup dikenal sebagai Si Gede Auman.

Perjalanan sejarah Bajera terus berlanjut hingga masa kolonial Belanda, yang membawa sistem pemerintahan baru. Desa Bajera kemudian dibagi menjadi 12 Banjar Dinas, seperti Cibukan, Taman Yoga, hingga Saraswati.

Pada 27 Maret 2008, desa ini mengalami pemekaran dengan berdirinya Desa Bajera Utara berdasarkan Keputusan Bupati Tabanan No. 78 Tahun 2008.

Sejak saat itu, Desa Bajera memiliki enam Banjar Dinas: Bajera Kaja, Bajera Tengah, Bajera Kelod, Bajera Jero, Bajera Sari, dan Saraswati, serta satu desa adat, yaitu Desa Pakraman Bajera. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!