![]() |
Facebook Pemerintah Desa Baktiseraga |
Desa Baktiseraga, yang terletak di Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, memiliki sejarah panjang sebelum resmi berdiri pada 1 April 1968. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Daerah Tingkat II Buleleng tanggal 3 Mei 1968 dengan nomor 75/Pemd.1/81/68, desa ini terbentuk melalui proses panjang yang melibatkan berbagai perubahan dalam sistem pemerintahan lokal.
Dilansir dari website resmi Desa Baktiseraga, pada masa penjajahan Hindia Belanda, wilayah yang kini dikenal sebagai Desa Baktiseraga terdiri dari empat banjar, yaitu Bangkang, Tista, Seraya, dan Galiran. Keempat banjar ini berada di bawah satu pemerintahan desa yang disebut keperbekelan, dipimpin oleh seorang kepala desa.
Nama keperbekelan sering kali berubah sesuai dengan lokasi pusat pemerintahan, seperti Keperbekelan Bangkang dan Keperbekelan Galiran. Pada masa itu, beberapa tokoh yang memimpin keperbekelan ini antara lain Pt. Panji dari Banjar Seraya, Bagus Made Oka dari Banjar Bangkang, Nyoman Pasek dari Banjar Bangkang, Ketut Wenten dari Banjar Bangkang, Pan Resi atau Ketut Katon dari Banjar Galiran, dan Ketut Pacung dari Banjar Seraya.
Saat masa revolusi tahun 1945, keperbekelan ini terpecah menjadi tiga wilayah yang masing-masing memiliki perbekel sendiri. Di Banjar Bangkang, kepemimpinan dipegang oleh I Gusti Bagus Made Oka, yang kemudian digantikan oleh I Gusti Bagus Jelantik. Sementara itu, Banjar Tista dipimpin oleh Mas Niti, kemudian diteruskan oleh Nyoman Gita.
Di Banjar Galiran, perbekel pertama adalah Made Raken, yang digantikan oleh Putu Wirya dan kemudian oleh Nyoman Gede Sayang. Ketiga wilayah ini berjalan secara terpisah hingga akhirnya ada keputusan pemerintah untuk menyatukan kembali sistem pemerintahan desa.
Pada awal tahun 1963, ketiga keperbekelan tersebut digabungkan kembali menjadi satu desa. Melalui proses panjang dan persetujuan resmi, desa baru ini diberi nama Desa Baktiseraga. Nama ini diambil dari suku kata awal empat banjar yang menjadi bagian dari desa tersebut, yakni “Bak” dari Banjar Bangkang, “Tis” dari Banjar Tista, “Sra” dari Banjar Seraya, dan “Ga” dari Banjar Galiran.
Nama Baktiseraga memiliki makna filosofis sebagai simbol persatuan dan pengabdian masyarakat dalam mendukung pembangunan dan cita-cita kemerdekaan.
Kepala desa pertama yang memimpin Desa Baktiseraga adalah I Gusti Bagus Ngurah Swela dari Banjar Bangkang. Setelah itu, kepemimpinan dilanjutkan oleh I Ketut Kajar dari Banjar Galiran. Pejabat kepala desa berikutnya adalah Drs. I Ketut Ngurah dari Banjar Tista, yang menjadi pemimpin desa hingga saat ini.
Sejarah panjang Desa Baktiseraga mencerminkan perjuangan masyarakatnya dalam menghadapi berbagai perubahan zaman. Desa ini tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga simbol persatuan empat banjar yang berhasil menyatukan visi dan misi untuk membangun kehidupan yang lebih baik. (TB)