Sejarah Desa Bunutin Bangli, Pernah Diperintah Putra Raja Blangbangan

Author:
Share
Desa Bunutin terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini memiliki sejarah panjang yang berawal dari sebuah wilayah subur bernama Alas Bun atau hutan Bun, yang terletak di selatan kerajaan sekitar tahun 1580 Masehi. 
Melihat potensi kesuburan tanahnya, kerajaan memerintahkan pembukaan hutan tersebut untuk dijadikan daerah pertanian. Kesuburan tanahnya menarik perhatian banyak rakyat dari Kerajaan Gelgel, termasuk mereka yang ingin menetap di wilayah ini.
Pemimpin pertama desa ini adalah I Dewa Agung Mas Wilis, putra Raja Blangbangan yang telah lama menjadi anak angkat di Kerajaan Gelgel. Di bawah kepemimpinannya, ekonomi masyarakat berkembang pesat, dan segala kebijakan yang dikeluarkan diterima serta diikuti oleh penduduk. 
Dalam setiap rapat, kata-kata I Dewa Agung Mas Wilis selalu diikuti oleh masyarakat, yang dalam bahasa Bali disebut “bawos” (bun) dan “inutin” (diikuti). Seiring waktu, wilayah ini mulai disebut Bun-Inutin dan akhirnya dikenal sebagai Bunutin.
Dalam aspek pendidikan, tahun 1952 menjadi titik awal berdirinya sekolah pertama di desa ini. Sekolah tersebut dibangun secara swadaya oleh masyarakat dengan atap ilalang dan berlokasi di kantor desa. 
Setelah tiga tahun, murid-murid yang lulus kemudian melanjutkan pendidikan ke Tamanbali. Kala itu, dinding sekolah masih terbuat dari anyaman daun kelapa (klabang), menunjukkan keterbatasan sarana pendidikan di masa itu.
Pada tahun 1963, Balai Masyarakat Desa Bunutin meraih predikat terbaik di Kabupaten Bangli karena desainnya yang unik menyerupai ekor burung. Saat itu, belum ada gedung sekolah dasar, sehingga balai masyarakat dipinjam untuk digunakan sebagai tempat belajar sebelum akhirnya dipindahkan ke SD 3 Bunutin dan kemudian ke SD 1 Bunutin pada tahun 1966-1968. Karena masih kekurangan ruang kelas, beberapa kelas sempat menumpang di depan Pura Sangiang.
Desa Bunutin juga dikenal sebagai miniatur Klungkung. Di desa ini terdapat Pusar Jagat dan Dalem Macepak. Sebelum menjadi Raja di Klungkung, seorang raja pernah memerintah di Bunutin. 
Sejarah mencatat bahwa penduduk Bunutin terbagi dua, dengan sebagian mengikuti raja ke Klungkung dan sebagian lainnya tetap tinggal di Bunutin, yang dikenal dalam catatan sejarah sebagai Balah Pane.
Dahulu, Bunutin dan Tamanbali adalah satu wilayah, hingga akhirnya dipisahkan pada tahun 1960. Puseh dari Tamanbali masih berada di wilayah Bunutin. 
Selain itu, desa ini juga memiliki sejarah spiritual yang erat dengan pasraman raja yang dikenal sebagai Dukuh Siladri, tempat penduduk menimba ilmu. Sejarah Dukuh Selati dan Tempek Prayu yang menaungi Tempek Raja juga menjadi bagian penting dalam perkembangan Bunutin, yang akhirnya dideklarasikan secara resmi pada tahun 2013.
Sejarah panjang Desa Bunutin mencerminkan perjalanan panjang sebuah komunitas yang berkembang dari hutan belantara menjadi pusat pertanian dan pemerintahan, serta mempertahankan nilai-nilai budaya dan spiritualnya hingga kini. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!