Sejarah Desa Culik Karangasem, Dulu Bernama Culidra, Berkaitan dengan Bhatari Danuh

Author:
Share

Desa Culik adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali. Desa ini memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan Desa Adat Datah.

Berdasarkan catatan lama pada tahun Icaka 500, disebutkan bahwa dahulu Desa Culik bernama Desa Culidra. Desa Culidra ini merupakan bagian dari Desa Adat Datah, yang memiliki tradisi penting seperti upacara aci Usaba Ngebo yang diselenggarakan pada Purnamaning Sasih Kalima.

Pada tradisi ini, I Pasek dan I Gajah Para dari Desa Culidra memiliki kewajiban memberikan urunan berupa satu ekor babi dan sesajen tertentu.

Namun, kewajiban tersebut menimbulkan masalah. Ketika I Pasek dan I Gajah Para membawa babi kaung (babi kecil) untuk urunan, persembahan mereka tidak diterima.

BACA JUGA  Sejarah Desa Tista Karangasem, Jejak Panjang dari Masa Kerajaan Gelgel hingga Kini

Hal ini memicu persoalan yang kemudian dibawa ke hadapan Raja Karangasem saat itu, Anak Agung Made Ngurah.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Raja Karangasem akhirnya memutuskan memisahkan Desa Culidra dari Desa Pakraman Datah.

Desa Culidra pun berdiri sebagai desa mandiri, dengan I Pasek diangkat sebagai kelian desa (pemimpin desa), dan I Gajah Para sebagai wakilnya. Keputusan ini diresmikan dengan surat keputusan berupa Pemunder Desa.

Beberapa tahun setelah Desa Culidra berdiri sendiri, datanglah sosok sakral, Bhatari Danuh, ke desa tersebut. Ia membawa sebuah bungkusan yang terbuat dari daun kumbang dan bertemu dengan I Pasek serta I Gajah Para.

Dengan hormat, keduanya menyambut kedatangan Bhatari Danuh. Dalam pertemuan itu, Bhatari Danuh memberikan pesan penting: Desa Culidra harus melaksanakan upacara aci ngebo setiap sepuluh tahun sekali sebagai bentuk yadnya.

BACA JUGA  15 Shuttle Disiapkan Saat Karya Ida Bhatara Turun Kabeh 2025 di Pura Agung Besakih

Namun, karena rasa penasaran, I Pasek dan I Gajah Para mencoba mengintip isi bungkusan yang dibawa oleh Bhatari Danuh.

Ketika mereka menculik (mengintip dan mencoba membuka) isi bungkusan itu, setitik air jatuh dari dalam bungkusan.

Tindakan ini membuat Bhatari Danuh marah. Menyadari kesalahan mereka, I Pasek dan I Gajah Para segera memohon ampun.

Bhatari Danuh akhirnya memaafkan mereka, tetapi dengan satu pesan tambahan: Desa Culidra harus mengganti namanya menjadi Desa Culik sebagai pengingat peristiwa tersebut.

Setelah memberikan pesan tersebut, Bhatari Danuh melanjutkan perjalanannya ke Desa Ababi dan Desa Sibetan.

Dalam perkembangannya, wilayah Desa Culik mengalami pemekaran. Awalnya, Desa Culik mencakup 17 banjar dinas, tetapi pada tahun 1982, desa ini dimekarkan menjadi empat desa dinas, yaitu Desa Labasari, Desa Culik, Desa Kertha Mandala, dan Desa Purwa Kerthi.

BACA JUGA  Kenapa Penjor Galungan Dipasang Saat Penampahan? Ini Makna dan Simbol Setiap Bahannya

Setelah pemekaran tersebut, Desa Culik saat ini memiliki lima banjar dinas, yakni Banjar Dinas Amertasari, Buayang, Pekandelan, Seloni, dan Geria.

Dengan sejarahnya yang kaya akan nilai tradisi dan budaya, Desa Culik menjadi salah satu desa di Karangasem yang memiliki warisan leluhur unik.

Upacara aci ngebo setiap sepuluh tahun sekali dan perubahan nama desa adalah bagian dari sejarah panjang yang menjadikan Desa Culik seperti yang dikenal masyarakat hingga kini. (TB)

       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!