Sejarah Desa Dalung Badung, Bermula dari Penyerangan dan Semangat Pantang Menyerah

Author:
Share
Desa Dalung, yang terletak di wilayah Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, memiliki sejarah yang panjang dan penuh makna. Nama “Dalung” sendiri berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Bali, yaitu “Eda” yang berarti “tidak boleh” dan “Lung” yang berarti “patah”. 
Secara etimologis, “Edalung” yang kemudian disingkat menjadi “Dalung”, berarti “tidak akan patah,” mencerminkan semangat kegigihan dan keteguhan masyarakatnya.
Wilayah yang kini dikenal sebagai Desa Dalung dulunya adalah area semak-semak dan tegalan, dengan tanah persawahan yang subur. Di sebelah timurnya, terdapat wilayah yang dikenal dengan nama “Padangluwah”, yang kini disebut “Padangluwih”. 
Desa Dalung berbatasan dengan sungai Yeh Poh, yang mengalir ke Laut Selatan Bali. Dahulu, daerah ini merupakan bagian dari kerajaan Meliling yang dipimpin oleh I Gusti Gede Meliling, seorang putra dari Raja Ke III Mengwi, I Gusti Agung Nyoman Alangkajeng.
Pada masa pemerintahan I Gusti Gede Meliling di Padangluwah, keadaan sosial dan ekonomi sangat stabil, tanpa adanya catatan pergolakan besar. Namun, keadaan berubah setelah kematian I Gusti Gede Meliling. 
Ketegangan mulai terjadi di kalangan keluarganya, dan provokasi dari kerajaan lain memperburuk situasi. Ketidakstabilan semakin meningkat ketika terjadinya kekeringan yang disebabkan oleh kerusakan pada terowongan irigasi yang mengalirkan air ke Dam Gumasih, sehingga wilayah Padangluwah dan sekitarnya mengalami kelaparan.
Puncak dari ketegangan ini terjadi saat I Gusti Gede Tibung, cucu I Gusti Gede Meliling, menjadi Yuwe Raja di Padangluwah. Pada saat yang bersamaan, terjadi upacara ngaben untuk I Gusti Gede Tegeh, ayah dari I Gusti Gede Tibung. 
Perang saudara pun pecah ketika I Gusti Gede Mangku dari Tibubeneng menyerang Padangluwah, yang mengakibatkan gugurnya I Gusti Gede Tibung di Kwanji. Setelah peristiwa ini, keempat putra I Gusti Gede Tibung—I Gusti Gede Tegeh, I Gusti Nengah Tegeh, I Gusti Gede Dauh, dan I Gusti Ketut Dauh—memutuskan untuk pindah ke wilayah sebelah barat Sungai Yeh Poh, yang kini dikenal dengan nama Banjar Kaja di Desa Dalung.
Keempat putra ini tidak ingin terlalu jauh dari Padangluwah agar dapat memantau perkembangan situasi dan menyelamatkan rakyat yang masih berada di sana. Mereka menetap di Dauh Tukad Yeh Poh (Banjar Kaja) dan berusaha untuk membangun kembali semangat dan keyakinan diri. 
Di tengah-tengah kesulitan tersebut, mereka menggema sebuah ungkapan dari mulut ke mulut untuk membangkitkan semangat, yaitu “De Lung” yang berarti “jangan patah.” Ungkapan ini menjadi simbol semangat untuk tidak menyerah dan terus berjuang.
Seiring berjalannya waktu, istilah “Dalung” menjadi nama yang melekat pada wilayah tersebut. Di tempat ini, Pura Dalem Tibung dibangun sebagai pusat spiritual yang diharapkan dapat memberikan kedigjayaan dan pencerahan bagi masyarakat yang sedang dilanda kesulitan. Pura ini, meskipun sederhana, menjadi tempat untuk memohon keselamatan dan kekuatan dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Selanjutnya, keempat putra I Gusti Gede Tibung mulai merencanakan pembangunan Desa Dalung. Mereka membangun konsep desa dengan sengker empat pura yang mengelilingi wilayah tersebut. 
Salah satu langkah pertama adalah mendirikan Pura Kayangan Tiga dan pusat pemerintahan (Jero Gede). Pada tahap ini, I Gusti Gede Tegeh, I Gusti Gede Dauh, dan I Gusti Ketut Dauh mulai mencari lokasi yang lebih strategis untuk pusat pemerintahan, yang kini dikenal dengan Jero Gede di Banjar Tegeh, Dalung.
Warisan dan Pembagian Wilayah
Seiring berjalannya waktu, perkembangan Desa Dalung terus berlanjut, dengan pembagian wilayah yang semakin jelas. I Gusti Nengah Tegeh, adik dari I Gusti Gede Tegeh, akhirnya pindah dan menetap di Tegaljaya, sementara I Gusti Ketut Dauh memiliki banyak keturunan yang menyebar ke berbagai daerah, termasuk Banjar Lebak dan Cepaka.
Hingga kini, Desa Dalung berkembang menjadi salah satu desa yang penting di Kecamatan Kuta Utara, dengan warisan sejarah yang mengakar kuat pada semangat perjuangan dan keteguhan masyarakatnya. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!